BPS: AS Sumbang Surplus Neraca Perdagangan Terbesar RI di Semester I-2025
- VIVA/M Ali Wafa
Jakarta, VIVA – Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini melaporkan, Amerika Serikat (AS) telah menjadi negara penyumbang surplus neraca perdagangan terbesar bagi Indonesia, dengan nilai mencapai US$9,92 miliar di periode Januari-Juni 2025.
Dia merinci, terdapat tiga komoditas non-migas unggulan yang telah turut menyumbang surplus tersebut. Misalnya seperti mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, pakaian dan aksesoris (rajutan), serta alas kaki.
"Tiga negara penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat sebesar US$9,92 miliar, India US$6,64 miliar, dan Filipina sebesar US$4,36 miliar," kata Pudji dalam konferensi pers, Jumat, 1 Agustus 2025.
Produsen tenun asal Yogyakarta berhasil melepas ekspor
- Bea Cukai
Apabila dilihat dari sisi ekspor, Pudji menyebut bahwa AS berada pada urutan kedua terbesar dengan nilai US$14,79 miliar pada Januari-Juni 2025. Tiga komoditas penopangnya adalah mesin dan perlengkapan elektrik sebesar US$2,80 miliar, alas kaki US$1,29 miliar, serta pakaian dan aksesoris (rajutan) US$1,28 miliar.
"Ekspor non-migas ke Amerika Serikat untuk Juni 2025 turun 2,05 persen dibandingkan Mei 2025, namun meningkat 33,49 persen dibandingkan Juni 2024," ujarnya.
Secara kumulatif, Pudji mengatakan bahwa pada periode Januari-Juni 2025, nilai ekspor meningkat 20,71 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Dia juga menyebut, 10 komoditas ekspor Indonesia yang telah tersebar ke AS selama Januari-Juni 2025, adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85), alas kaki (HS64), pakaian dan aksesoris (rajutan) (HS61), serta pakaian dan aksesoris bukan rajutan (HS62).
Lalu ada pula lemak dan minyak hewani atau nabati (HS15), karet dan barang dari karet (HS40), perabot lampu dan alat penerangan (HS94), ikan krustasea dan molusca (HS03), mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS84), dan berbagai produk kimia (HS38).
Presiden Donald Trump saat mengumumkan tarif masuk barang impor ke AS beberapa waktu lalu.
- AP Photo/Evan Vucci
Mengenai dampak bagi produk-produk ekspor Indonesia ke AS terkait dengan penerapan tarif resiprokal sebesar 10 persen dari Amerika Serikat, selama masa negosiasi beberapa waktu lalu, Pudji mengakui bahwa hal itu saat ini masih dikaji oleh pemerintah.
"Jadi dalam hal itu memang perlu dilakukan kajian lebih lanjut, karena tidak semua komoditas ekspor akan dikenakan tarif tersebut," ujarnya.