Nama Simon Tahamata Harum di Ajax, Ini Keuntungan yang Bisa Didapat Timnas Indonesia
- Voetbal Primeur
VIVA – Simon Tahamata resmi ditujuk PSSI sebagai Kepala Pemandu Bakat (Head of Scouting) sepak bola nasional.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir mengatakan, penunjukkan ini sebagai langkah memperkuat pondasi pengembangan pemain nasional menuju Piala Dunia 2026 dan seterusnya.
Erick mengatakan, pengalaman Simon di dunia sepakbola menjadi salah satu alasan utama perekrutan.
“Kami sangat antusias menyambut Simon Tahamata dalam keluarga besar PSSI. Pengalaman dan keahliannya dalam pengembangan pemain muda akan menjadi aset berharga dalam perjalanan kami menuju panggung dunia,” ujar Ketua Umum PSSI, Erick Thohir dalam rilis PSSI.
Simon Tahamata merupakan sosok yang memiliki darah Indonesia, tepatnya dari Maluku. Meski begitu, dia pernah membela Timnas Belanda pada tahun 1979 hingga 1986.
Dia melakukan debutnya untuk Belanda pada 22 Mei 1979 di Bern, Swiss dalam pertandingan ulang tahun FIFA ke-75 melawan Argentina. Dari 22 penampilan bersama Belanda, dia mampu mencetak dua gol.
Sebagai pemain sayap atau winger, Simon Tahamata memulai karir sepak bolanya di klub TSV Theole pada 1967-1971. Kemudian bergabung dengan tim junior Ajax, Belanda hingga 1975.
Pada musim 1975-1976, Simon masuk ke tim utama Ajax dan bermain hingga 1980. Debutnya bersama klub saat Ajax-FC menang 7-0 dari Utrecht pada 24 Oktober 1976. Ia tercatat memainkan total 149 pertandingan dengan mencetak 17 gol dan 33 assist.
Bersama klub Ajax, Simon bisa dikatakan sebagai puncak kariernya karena memenangkan 3 kali Liga Belanda, yakni pada 1976/1977, 1978/1979 dan 1979/1980.
Ia juga menyumbangkan satu kali Piala KNVB pada 1978/1979 dan berhasil mencapai semifinal turnamen Piala Eropa I pada 1979–1980.
Pada 14 Juli 1980 Simon Tahamata bergabung dengan Standard Liege. Dengan tim ini ia memenangkan dua kali Liga Belgia (1981/1982, 1982/1983) dan 1 kali Piala Belgia (1981).
Kemudian mencapai final Piala Eropa II pada 1981-1982. Ia juga mencetak 40 gol dalam 129 pertandingan di salah satu periode tersukses dalam sejarah klub. Saat di Belgia, Simon Tahamata pernah meraih Man of the Season (Belgian First Division) dan Belgian Fair Play Award.
Pada 1984, Simon Tahamata kembali ke Belanda dan bermain untuk Feyenoord. Tiga tahun berikutnya, ia kembali berlaga di kompetisi Belgia, bermain untuk Beerschot dan Germinal Ekeren. Bersama Germinal, ia berhasil mencapai final piala Belgia 1994–1995. Lalu pensiun sebagai pemain sepak bola pada 1996.
Seusai pensiun sebagai pemain, Simon Tahamata meneruskan karier menjadi pelatih academy atau usia muda di Ajax Amsterdam, Standar Liege, Beerschot, dan Al Ahli.
Sejak September 2015, selain bertugas di Ajax, Simon Tahamata juga memiliki akademi sepak bola, Simon Tahamata Soccer Academy.
Selain itu, Simon Tahamata ada momen spesial bersama Ajax. Pada Minggu (3/3), klub asal Amsterdam tersebut memberikan penghormatan khusus kepada Simon Tahamata di Johan Cruyff Stadium jelang laga melawan Utrecht.
Simon Tahamata dipersilakan untuk memasuki lapangan dan menyapa para pendukung Ajax. Tahamata tampak sangat emosional.
Apalagi dia mendapati sebuah spanduk besar di salah satu tribune Johan Cruyff Stadium yang bertuliskan, "Oom Simon, Terima Kasih."
Dengan segudang pengalamannya di sepakbola Eropa, Simon pun diberikan bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan merekrut talenta potensial baik dari dalam negeri maupun diaspora Indonesia di luar negeri, khususnya di Belanda.
Simon pun melengkapi sosok terkenal di kubu Timnas Indonesia yang sebelumnya sudah diisi oleh nama seperti Patrick Kluivert, Gerald Vanenburg, Alex Pastoor. Dengan demikian, bukan tidak mungkin pemain-pemain keturunan Indonesia kelas atas bakal mau bergabung ke skuad Garuda.