Ikatan Alumni Pertanian UNS Bicara Soal Masa Depan Pangan Indonesia
- Istimewa/VIVA
Lebih lanjut, dalam pengalaman Dina sebagai aktivis politik dan sosial kesejahteraan masyarakat berpendapat tidak mustahil optimisme mengenai peluang dan tantangan Indonesia yang memiliki dua musim dengan keluasan wilayah memadai, SDM mumpuni, kekayaan biodiversitas dan jalur maritim strategis serta berada di lintas khatulistiwa sebagai daya tawar yang mampu meningkatkan efek gentar (detterent effect) bagi negara-negara, khususnya sub tropis yang memiliki banyak kendala dalam pengusahaan pangan. Kajian Dina menunjukkan bahwa pada dasarnya Indonesia hanya perlu percaya diri untuk mampu bersaing dan menjadi pemain penting dalam pertarungan hegemoni dunia, amanah konstitusi sebagai pondasinya.
Indonesia dalam konteks geopolitik, memerlukan kepiawaian untuk menjadi Pemimpin Dunia di sektor pangan. Keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki Indonesia, perlu diakselerasi dengan penempatan kebijakan pangan dalam posisi pertama, utama dan tidak tergantikan (first elementary and permanently policy). Sektor pangan harus berada dikelas tertinggi dalam tata kelola negara, artinya keberpihakan serius pemerintah terhadap sektor ini akan menentukan eksistensi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Tentu saja ini berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pangan tersebut, baik sebagai bahan mentah ataupun siap makan.
Berkaitan itu, Dina memperlihatkan perbedaan opsi-opsi perlakuan kebijakan pangan yang berimplikasi terhadap makroekonomi, seperti: jumlah dan kualitas SDM sektor pangan, tingkat produktivitas, tarif impor ataupun kombinasi ketiganya. Pilihan rasional untuk meningkatkan atau menurunkan opsi-opsi tersebut baik secara parsial atau kombinasi mengandung konsekuensi yang berbeda. Peningkatan produktivitas pangan 10%, misalnya, mampu menekan gini ratio, mengurangi kesenjangan rural-urban dan menghambat laju kemiskinan. Sementara opsi penguatan SDM sektor pangan mampu menekan laju inflasi dan tingkat pengangguran. Kombinasi multishock ditengarai memberi dampak yang paling signifikan terhadap perubahan.
Maka, ancaman krisis pangan, kontemplasi era pandemi dan konflik Rusia-Ukraina telah mengingatkan seluruh pihak bahwa sektor pangan harus menjadi prioritas yang mendesak untuk segera menjadi bagian yang utama dan terpenting dalam kebijakan keluarga, masyarakat dan negara. Ketersediaan pangan menentukan nasib generasi masa depan. Pemerintah Indonesia perlu lebih percaya diri dengan mengoptimalkan seluruh kemampuannya untuk menggerakkan sektor ini sebagai sektor andalan dan terdepan.