Pria Ini Lebih Pikirkan Sholat Saat Situasi Mencekam, Kok Bisa?
- U-Report
Moazzam kemudian bercerita bahwa orang yang ada di sampingnya itu datang  dan mengingatkannya tentang salah satu firman Allah yang sangat mengesankan 'sholat memiliki waktu yang sudah ditentukan' dia tidak peduli dengan apapun di sekitarnya'.
"Yang dia pedulikan hanya sholat, dia tidak bilang 'saudara, kemana mereka akan membawa kita?' 'apa yang akan terjadi? apa mereka akan melenyapkan kita?' 'siapa mereka itu?' dia tidak mengatakan hal seperti itu. Dia hanya bertanya siapa saya dan apakah saya sudah sholat. Dan jawaban saya 'saudara anda yang berada di kiri, jadi Anda yang menjadi imam dan pimpin sholat ini'," kata dia.
Namun saat keduanya sedang berbicara mengenai rencana untuk sholat berjamaah, tentara yang membawa mereka datang. Tentara itu bahkan mengeluarkan pisaunya dan menaruhnya di leher Moazzam seraya memberi peringatan.
"Jadi tentara itu mendekat dan mengeluarkan pisau dan menaruhnya di leher saya, dia berkata 'kalau kamu bicara lagi saya akan sayat lehermu' dan dicaci maki lagi. Pada saat itu juga orang di sebelah saya berkata 'Allahu Akbar' hanya begitu saja, kami sedang berada dalam keadaan sholat," kenang Moazzam.
Moazzam berpikir saat itu, tidak masalah jika tentara itu menyayat lehernya menggunakan pisau kala itu. Sebab menurutnya, tindakan yang dilakukan tentara itu akan menjadikan kematian terbaik yang akan pernah dimiliki Moazzam, lantaran mati ketika hendak sholat.
"Sayat saja leher saya itu tidak ada bedanya bagi saya, karena bagi saya, itu akan menjadi kematian terbaik yang akan pernah saya miliki' kami menyelesaikan sholat dengan keadaan seperti itu. Dan satu-satunya gerakan yang bisa kami lakukan adalah 'salam' tidak ada rukuk dan sujud. Dari semua gerakan sholat hanya salam yang bisa kami lakukan. itu semua sangat natural bagi saudara ini untuk melakukan sholat," kata Moazzam.
Momen memegang teguh perintah menjalankan sholat itu pun kembali mengingatkannya tentang firman Allah SWT dalam Al Quran yang dalam firman itu berbunyi 'untuk orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk atau tidur itu tidak masalah'.