Kisah Mualaf Bertato, Sempat Menyesal Hingga Bimbing Ayah Masuk Islam
- ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
"Secara alam bawah sadar hafal dengan sendirinya bukan menghafal ya tapi hafal dengan sendirinya itu masih waktu kecil itu malah bisa dibilang saya salatnya lima waktu," kata dia.
Tetangga yang mengasuhnya itu pun sangat baik hingga dianggapnya sebagai ibu angkat. Setiap kali shalat, Naryo mengikutinya. Padahal saat itu, Naryo sendiri bersekolah di Yayasan Katolik. Tetapi, ibadah shalatnya terhenti ketika tetangga yang ia anggap sebagai ibu angkat, meninggal dunia.
"Lama juga 3-4 tahun itu dan berhenti shalatnya karena Ibu angkatnya meninggal. Saya merasa nggak punya teman salat lagi," kisahnya.
Usai shalat Jumat dengan temannya, Naryo justru merasakan keinginan kuat untuk shalat maghrib. Ia akhirnya mencari mesjid yang jauh dari lingkungannya. Hingga akhirnya ia juga shalat subuh dan mulai rutin melakukan shalat di mesjid. Dengan niat ini, Naryo pun mulai bertekad mengubah lingkungannya agar bisa mengenal islam lebih dalam.
"Akhirnya Intens dengan mual Center Jogjakarta ya merasa punya teman baru karena waktu saya memutuskan untuk apa yang meninggalkan semua kenangan kenakalan, saya merasa sendiri merasa nggak punya teman lagi," bebernya.
Diajak Umroh
Naryo mengenal Hani, mantan pendeta yang kini seorang mualaf, melalui Youtube. Dalam sebuah kesempatan, ia bertemu di Mualaf Center tersebut. Ia dan Hani pun rutin melakui kegiatan lapangan selama berbulan-bulan.
Namun, Naryo sempat vakum dan akhirnya memilih untuk bekerja di tempat lain. Akan tetapi, telfon terus berdering dari teman-teman muslim di Mualaf Center. Mereka meminta Naryo datang tanpa memberitahu alasannya. Rupanya, ada kabar baik tak terduga. Hal itu membuat nangis tanpa henti.
"Tujuan ko Hani datang ke Jogja itu mau mengajak Mas Naryo datang ke tanah suci. Oh ya gimana ya bengong saya disitu juga bisa berkata apa-apa, percaya nggak percaya," kenangnya.
Mengislamkan Ayah dan kerabat
Setelah bertekad memegang teguh agama Islam, Naryo pun membawa ayahnya menjadi mualaf sepertinya. Dua bulan usai bersyahadat, kata Naryo, ayahnya dipanggil oleh Allah SWT dan berhasil dimakamkan sebagai muslim.