6 Tradisi Unik Ramadhan di Berbagai Negara
- pixabay
Tidak hanya membangunkan orang untuk sahur, tetapi menyebut nama Allah dan Nabi juga dianggap sebagai cara untuk mencari pahala. Sejak pukul 02.30 waktu setempat, beberapa orang mulai berkeliaran dan mengetuk pintu dan dinding rumah warga dengan tongkat supaya mereka bangun untuk sahur.
Bagi sebagian besar keluarga, tradisi ini telah diturunkan dari generasi ke generasi dalam keluarga. Meski jumlahnya semakin berkurang, praktik ini masih sering terjadi di Old Delhi.
Ilustrasi masjid.
- Freepik/wirestock
Tradisi Nafar, Maroko
Selama bulan puasa Ramadhan, wilayah Maroko sendiri akan dikelilingi oleh Nafar. Nafar sendiri adalah seorang penyiar atau criwe yang akan mengenakan pakaian adat gandora, sandal dan topi. Nafar ini akan berkeliling wilayah Maroko dan setiap jalan sempit sambil bernyanyi.
Bukan sembarang orang, biasanya masyarakat menilai mereka yang terpilih untuk Nafar berdasarkan kejujurannya yang dimiliknya. Sebelumnya, tradisi unik ini dimulai pada abad ketujuh, ketika seorang sahabat Nabi Muhammad SAW melantunkan doa dengan melodi yang merdu.
Ritual Bersih Jiwa, Indonesia
Indonesia memiliki berbagai tradisi dan juga budaya selama bulan puasa Ramadhan. Ritual mensucikan jiwa ini dilakukan menjelang Ramadhan yang biasa dilakukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tradisi jiwa bersih ini disebut dengan nama Padusan, yang artinya “mandi”.
Awalnya, tradisi unik ini pertama kali disebarkan oleh Wali Songo, sekelompok pemuka agama Islam yang merupakan misionaris pertama yang menyebarkan ajaran Islam ke seluruh Jawa. Selain di Jawa, ritual mensucikan jiwa juga digelar di Lampung untuk menyambut Ramadhan. Dikenal dengan sebutan Belangiran, tradisi ini juga dipenuhi dengan mandi bersama di sungai atau mata air.
Menyalakan Meriam, Lebanon
Di banyak negara di Timur Tengah, meriam ditembakkan setiap hari selama Ramadhan untuk menandakan akhir puasa. Tradisi, yang dikenal sebagai midfa al iftar, dimulai lebih dari 200 tahun yang lalu di Mesir, ketika negara itu diperintah oleh Kekaisaran Ottoman, Kosh Qadam.
Awalnya, saat menguji meriam baru, Kadam tidak sengaja menembakkannya saat matahari terbenam. Suara-suara yang bergema di seluruh Kairo telah mendorong banyak orang untuk melihat ini sebagai cara baru untuk menandai akhir puasa.