Sempat Tiduri Wanita Setiap Hari, Preman Bali Ini Memutuskan Mualaf Usai Bertemu Santri

Bli I Gede Swadiaya atau Muhammad Khoiruddin
Sumber :
  • Motivasi Pemuda NU Facebook

Jakarta – Nama I Gede Swadiaya baru-baru ini menjadi sosok yang banyak disorot usai memutuskan untuk menjadi seorang mualaf. Ia bahkan berganti nama menjadi Muhammad Khoiruddin. Ia saat ini berpenampilan seperti preman karena memiliki tato naga di dada dan lengannya. 

Bukan Sekadar Bunga, Inilah Bahaya Riba yang Sering Tak Disadari

Namun, siapa sangka kalimat-kalimat istighfar dan dzikir lebih sering keluar dari mulutnya sejak hijrah. Meski disebut sebagai mantan preman, ia sudah tidak ragu lagi untuk memeluk Islam. Ia bahkan mengaku bahwa dulunya cukup sakti dan kebal dari serangan musuh. 

Melansir Ruqyah Aswaja dari tvOnenews.com, ia kerap bergaul dengan dukun di masa lalunya. Pada tahun 1997, ia sampai di Bali saat merantau dari NTB dan ketika itu perjalanan hidup sebagai seorang preman yang berkelahi sana-sini sempat dialami olehnya. 

MUI Sebut Santri Meninggal Insiden Musala Ponpes Ambruk Tergolong Syahid, 3 Cirinya Terpenuhi

Bukan hanya itu, dia juga mengaku sudah mencoba berbagai jenis minuman keras atau miras. Tentu saja, selain mabuk ia juga sering meniduri wanita, berganti-ganti setiap harinya. Kehidupan gelap tersebut dijalani olehnya ketika masih menjadi preman. 

Bli I Gede Swadiaya atau Muhammad Khoiruddin

Photo :
  • Motivasi Pemuda NU Facebook

Jangan Salah Langkah, Ini Prinsip 'Investasi Halal' yang Wajib Dipahami Umat Muslim

"Saya waktu itu, tiada hari tanpa mabuk. Astaghfiullah, bejat sekali saya waktu itu. Itu membuat murka Tuhan bahkan di agama saya terdahulu. Entah berapa ratus wanita yang saya tiduri," ujar dia. Sekilas terlihat penyesalan dari ekspresi wajahnya.

Ia dikenal sebagai penguasa kawasan Sadasari, Kuta Bali. Setiap hari ia hanya ingin memenuhi kepuasan duniawi. Meski demikian, kehidupan sebagai seorang preman tentu tak selalu mulus. Ia sempat dikeroyok puluhan orang, tapi karena kesaktiannya ia tidak terluka. 

"Saya pernah dikeroyok puluhan orang dari kelompok lawan. Hingga saya dikubur di selokan dengan tumpukan bebatuan. Disangkanya saya mati," kata dia.

Sementara itu, perkenalan dengan Islam dimulai sejak tahun 1999 ketika dia satu kos bernama pemuda santri bernama Muhammad Yusuf. Meski saat itu belum taubat, Yusuf tak menghakiminya dan hanya mengingatkan Khoiruddin saat minum minuman keras. 

Suatu hari, dirinya yang sedang mabuk tidak jauh dari sosok Yusuf yang sedang melaksanakan sholat. Dengan samar-samar, ia mendengar doa yang dipanjatkan teman kosnya itu. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya