Munggahan: Tradisi Makan dan Doa Bersama Jelang Ramadhan, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?

Ilustrasi Tradisi Munggahan dengan menikmati hidangan liwetan bersama
Sumber :
  • Instagram @mmawikere

Jakarta, VIVA – Menjelang bulan Ramadhan akhir pekan ini, ada banyak tradisi yang dijalani masyarakat. Salah satunya yang umum dilakukan adalah munggahan. Munggahan sendiri biasanya diisi dengan makan bersama, berziarah dan saling meminta maaf. Selain itu, munggahan juga sering dijadikan sebagai acara untuk mengirimkan doa untuk para pendahulu kita seperti orang tua atau saudara yang telah meninggal.

Transaksi Pengguna QRIS di Momen Ramadhan hingga Lebaran Naik 111 Persen

Lantas terkait tradisi munggahan tersebut bagaimana Islam melihatnya? Terkait hal itu, pendakwah kenamaan Buya Yahya angkat bicara. Dijelaskan oleh Buya Yahya doa bersama yang dimaksud terkait dengan orang-orang yang mendahului adalah orang-orang soleh ahli agama dan keluarga adalah hal umum dan bisa dilakukan kapan saja.

"Perlu dijelaskan keyakinan tentang ruh bagaimana, kalau yang dimaksud ruh adalah orang-orang yang meninggal orang beriman yang telah mendahului kita kemudian kita mendoakan, kita bisa mendoakan kapan saja," kata Buya Yahya dikutip dari tayangan YouTube dikutip dari tayangan YouTube Al Bahjah TV.

Satgas Ramadan Idulfitri 2025, Pengguna MyPertamina meningkat

Diungkap oleh Buya Yahya bahwa mendoakan orang-orang yang telah meninggal dunia adalah bentuk bakti kita kepada mereka. Namun yang perlu diperhatikan kata Buya Yahya adalah orang-orang yang dimaksud adalah mereka para ahli iman, dan keluarga kita sendiri bukan roh-roh lain yang sering dijalani sebagian umat. 

OJK Beberkan Modus Penipuan Selama Ramadan 2025, Belanja Online-Tawaran Kerja

"Mendoakan adalah bentuk bakti kita kepada orang yang telah meninggal dunia. Jika dilakukan dengan cara yang sesuai syariat, masalah roh orang-orang yang telah mendahului dari orang ahli iman kita itu benar. Selain itu tidak dibenarkan mendoakan orang yang telah mendahuluinya ahli iman," jelasnya.

Liwetan di Hotel Ibiss Styles Jakarta Sunter.

Photo :
  • VIVA/Bimo Aria Fundrika

Sementara itu, tradisi munggahan dengan kebiasaan makan-makan bersama jelang bulan Ramadhan juga kata Buya Yahya adalah tradisi yang memiliki makna yang baik. Makna yang begitu sakral itu berkaitan dengan silaturahmi serta momen untuk  saling berbagi antar sesama muslim. 

"Suasana indah seperti itu dan jangan dihilangkan itu, itu keakraban sebelum menjelang Ramadhan. Itu sah-sah saja. Bagi-bagi makanan siapa yang menyalahkan bagi makanan? Bahkan justru dianjurkan jelang Ramadhan menjalin hubungan baik minta maaf. Tukar menukar makanan, ingat mendoakan saudara kita, kerabat kita adalah hal yang diajarkan," jelas Buya Yahya.

Ilustrasi uang tunai/gaji/pesangon.

Perputaran Uang Tunai di Momen Ramadhan-Lebaran 2025 Capai Rp 160,3 Triliun

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan perputaran uang tunai pada periode Ramadhan dan Idul Fitri 2025 mencapai Rp 160,3 triliun.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2025