Keren, RS Terbaik di Papua Barat Ternyata Ada di Pedalaman
- VIVA/Tasya Paramitha
Selain itu, RSUD Teluk Bintuni juga menjadi rumah sakit pertama yang memiliki alat ecocardiografi di Papua Barat.
Lalu, dari mana RS ini mendapatkan dana untuk membeli alat-alat medis canggih dan membangun berbagai fasilitas mahal?
Menurut Eka, Teluk Bintuni merupakan kabupaten dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terbesar di Papua Barat.
Itu karena Teluk Bintuni adalah kabupaten terluas di Papua Barat, dengan luas 18.637 kilometer persegi, dan terdiri dari 24 distrik (kecamatan). Total ada sebanyak 78.357 penduduk di Teluk Bintuni.
Meski berlokasi di pedalaman, namun RSUD Teluk Bintuni juga telah bekerja sama dengan sejumlah RS lain, seperti RS Panti Rapih Yogyakarta, RS Universitas Hasanuddin Makassar dan RS AL Manokwari.
Eka juga mengatakan bahwa kebanyakan pasien yang berobat ke rumah sakitnya menderita penyakit yang tak jauh berbeda dengan pasien di kota-kota besar, seperti ISPA, dispepsia, hipertensi, jantung dan gagal ginjal.
Sayang, sampai saat ini belum semua warga Teluk Bintuni bisa mengakses rumah sakit ini, karena akses yang masih sulit dan banyak distrik di Teluk Bintuni yang berada di daerah terpencil di pesisir laut.
"Hingga kini 80 persen pasien RS dari dua distrik. Dari 22 distrik lain cuma 20 persen," ucap Eka.
Hal tersebut pun membuat RSUD Teluk Bintuni membuat program pelayanan yang dinamakan Rumah Sakit Masuk Kampung (Rampung).
Program ini meliputi melakukan pelayanan rumah sakit dengan RS Apung dan RS Keliling atau ambulans, yang pergi ke kampung-kampung untuk mengobati warga yang kesulitan menjangkau puskesmas atau RSUD Teluk Bintuni.
Mimpi besar
Eka juga mengungkapkan bahwa RSUD Teluk Bintuni punya mimpi besar yakni menjadi rumah sakit pemerintah berstandar internasional. Itu didasari dari perkataan salah satu pendiri kabupaten tersebut. Ia mengatakan, ‘Hanya karena kita tinggal di Papua Barat bukan berarti kita tidak punya hak untuk mendapat pelayanan kesehatan terbaik’.
"Kabupaten Bintuni juga diberikan karunia sama Tuhan punya gas, minyak, yang menyebabkan banyak perusahaan internasional di sini. Kami ingin RS ini dipakai perusahaan-perusahaan itu untuk pelayanan kesehatan mereka, sehingga mau tidak mau RS ini ke depannya harus berstandar internasional," kata Eka.