5 Perubahan Kuku Tanda Pernah Terjangkit COVID-19
- Pixabay
VIVA – Para pakar menyebut bahwa Anda bisa mengetahui apakah pernah terjangkit COVID-19 sebelumnya dengan melihat kuku-kuku jari Anda.
Serangkaian perubahan aneh di kuku jari tangan dan kaki telah terdokumentasikan selama pandemi. Para pakar mengatakan bahwa kuku sama dengan kulit sehingga bisa memberikan petunjuk mengenai kesehatan seseorang.
Masalah kulit diketahui mempengaruhi hingga 20 persen orang yang menderita COVID-19. Tapi, orang-orang sangat jarang memeriksa kuku mereka, seringkali ditutupi dengan kuteks, sehingga banyak yang tidak mengetahui perubahan kecil yang disebabkan oleh virus itu.
Kuku tumbuh dalam siklus sekitar 6 bulan, karenanya perubahan apapun pada penampilannya yang disebabkan oleh virus corona mungkin muncul terlambat.
Ketidaknormalan pada kuku bisa menjadi akibat dari berbagai masalah, meliputi kekurangan vitamin, kondisi kulit, diabetes atau trauma seperti terbentur pintu saat menutupnya.
Tapi, para ahli dermatologi mengatakan bahwa itu bukan kebetulan bahwa banyak orang mengalami perubahan kuku setelah positif COVID-19.
"Ada bagian lain di tubuh di mana virus memberikan dampak: kuku jari," tulis para pakar di Conversation dikutip laman The Sun.
"Saat ini, bukti yang tersedia menunjukkan bahwa tidak ada kaitan antara keparahan infeksi COVID-19 dengan jenis atau perubahan tertentu pada kuku," lanjut mereka.
Berikut ini adalah lima perubahan kuku yang perlu Anda perhatikan.
Garis
Beberapa pakar telah memberi tanda bahwa penyintas COVID-19 memiliki garis horizontal di kukunya setelah infeksi. Temuan itu ditekankan oleh Prof Tim Spector, pemimpin peneliti pada studi gejala utama yang dilakukan King's College London dan perusahaan kesehatan ZOE.
Dikenal sebagai garis Mees, tanda ini juga bisa terlihat sebagai akibat dari gagal jantung, penyakit infeksius seperti malaria dan kanker limfoma. Tapi, tanpa ada penyebab jelas lainnya, itu bisa jadi akibat COVID-19.
Bergelombang
Gelombang halus pada kuku, secara medis disebut garis beau, telah dilaporkan pada pasien COVID-19. Hal itu baru-baru ini dijelaskan oleh dokter Kanada pada seorang pria berusia 45 tahun. Dia memiliki gelombang di kuku jari dan kakinya, sekitar 5mm dari alas kuku.