Suplemen Penurun Kolesterol Jepang Diduga Picu Gagal Ginjal, Sudah Beredarkah di Indonesia?
- pixabay/pexels
VIVA Lifestyle – Perusahaan obat asal Jepang, Kobayashi Pharmaceutical mengungkap ada lima orang yang tewas terkait dengan konsumsi suplementasi makanan beni koji yang diproduksi perusahaan tersebut.Â
Suplementasi yang disebut dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat itu juga telah membuat 114 orang dirawat di rumah sakit, hingga Jumat 29 Maret 2024. Akibat kasus tersebut, pihak perusahaan telah menarik produk tersebut.Â
Pihak perusahaan menduga zat yang tidak diketahui yang berasal dari jamur mungkin menjadi penyebab masalah ini. Namun, pihak perusahaan tidak dapat memastikan penyebab spesifiknya.Â
Tidak hanya di Jepang, satu warga Taiwan yang berusia 70 tahun yang mengonsumsi suplemen tersebut dilaporkan mengalami gagal ginjal. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
llustrasi pembelian suplemen di Jepang
- japantimes.co.jp
Lantas bagaimana dengan di Indonesia? Plt Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) Lucia Rizka Andalusia mengungkap bahwa hingga saat ini suplemen beni koji tidak beredar di Indonesia. Dia juga menyebut bahwa suplementasi tersebut juga belum terdaftar di BPOM hingga saat ini.
"So far kalau yang ditemukan dalam peredaran enggak ada. Apalagi yang terdaftar sampai saat ini enggak ada ya," kata dia kepada awak media saat ditemui di Jakarta Pusat, Senin 1 April 2024.Â
Rizka juga menghimbau kepada masyarakat apabila ada yang sudah membeli atau berniat membeli suplemen penurun kolesterol jahat itu untuk menahan diri dan tidak mengonsumsi produk tersebut.
"Imbauan masyarakat yang sudah membeli untuk tidak dikonsumsi dulu sampai nanti ada pemeriksaan yang lebih lanjut lagi," kata dia.
Sebagai informasi, Minggu 31 Maret 2024, Otoritas Kesehatan Jepang menggeledah pabrik kedua Kobayashi Pharmaceutical di Jepang bagian Barat. Penggeledahan ini menyusul dengan laporan kematian lima orang yang kemungkinan terkait dengan produk suplemen Beni Koji.
Ilustrasi suplemen.
- Pixabay/Steve Buissinne
Selain laporan kematian, dilaporkan juga hingga Jumat 29 Maret 2024, 114 orang telah dirawat terkait kasus ini.
Pihak perusahaan menduga zat yang tidak diketahui yang berasal dari jamur mungkin menjadi penyebab masalah ini. Namun, pihak perusahaan tidak dapat memastikan penyebab spesifiknya.Â