Miris, Rokok Jadi Pengeluaran Terbesar Kedua di Rumah Tangga Keluarga Miskin
- Pixabay/Ralf Kunze
"Mereka banyak tamat menjadi buruh, jadi tukang yang contoh temannya, semua kan kalau anak-anak kecil, tukang itu yang bekerja-bekerja di garis bawah itu merokok. Jadi kalau kita ketemu mereka, bagi uang rokok dong, kan itu terus. Terus majikannya ini beli rokok ya, mau merokok kamu kan gitu. Nah budaya itu, nah mereka nggak tahu. Mungkin di sekolah mereka nggak dapat ilmu tentang dampak rokok ini. Edukasi kita nggak nyampe ke mereka," kata Benget.Â
Namun demikian kini, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan sudah memasukkan dampak merokok dalam kurikulum pembelajaran. Hal ini diharapkan mampu membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bahayanya merokok.
"Kita harus terus mengampanyekan. Makanya di kami, kementerian kesehatan, sudah ada kurikulum-kurikulum merdeka. Mulai TK, PAUD, SD, SMP, SMA tentang dampak bahaya merokok, termasuk rokok elektronik. Itu sudah masuk dalam kurikulum merdeka. Supaya ya minimal nanti nggak tamat SMP, dia udah tahu lah dampak rokok. Sekarang kan ini yang kurang," ujarnya.
