Hafal Coke Bottle Agnez Mo, Ini 8 Cara Bikin Anak Cerdas Kayak Gempi
- Instagram @gisel_la
Jangan biarkan gawai menyita perhatian
Terlalu banyak waktu di depan layar gawai dikaitkan dengan obesitas pada masa kanak-kanak, pola tidur yang tidak teratur, dan masalah perilaku. Selain itu, studi tahun 2017 oleh Greg L. West di University of Montreal mengungkapkan bahwa bermain game "penembak" dapat merusak otak, menyebabkan otak kehilangan sel.
Menurut American Academy of Pediatrics, "waktu layar gawai" dapat menjadi hiburan namun harus dibatasi dua jam sehari. Ide bermanfaat lainnya seperti dorong anak Anda untuk menjadi pembuat konten, bukan hanya konsumen pasif. Dorong mereka untuk mempelajari pemrograman komputer, pemodelan 3D, atau produksi musik digital, dan ubah waktu layar menjadi usaha yang produktif.
Jangan selalu memuji kecerdasan atau penampilan
"Wow, kamu mendapat nilai A bahkan tanpa belajar? Kamu pintar sekali!"
Sebuah studi Universitas Stanford menunjukkan bahwa memuji anak-anak dengan pernyataan seperti di atas dan berfokus pada kecerdasan mereka, sebenarnya dapat menyebabkan kinerja yang buruk.
Sebagai strategi pengasuhan alternatif, orang tua didorong untuk memberikan pujian yang berfokus pada upaya anak-anak untuk mengatasi masalah dan tantangan dengan menunjukkan ketabahan, ketekunan, dan tekad.
Jangan abaikan
Menurut survei Common Sense Media, 28 persen remaja mengatakan orang tua mereka kecanduan perangkat seluler. Studi lain baru-baru ini oleh AVG menemukan bahwa 32 persen anak-anak yang disurvei merasa tidak penting ketika orang tua mereka fokus pada ponsel.
Sebagai generasi pertama orang tua dengan akses internet 24/7, penting bagi kita untuk mengetahui kapan harus memutuskan hubungan dan fokus pada keluarga.
Penuh kasih sayang
Anak-anak dalam keluarga konflik tinggi cenderung bernasib lebih buruk daripada anak-anak dari orang tua yang akur, menurut tinjauan studi University of Illinois. Menciptakan lingkungan yang penuh kasih dan mendukung adalah makanan pokok bagi keturunan yang sehat dan produktif.
Jangan terlalu keras (atau terlalu lembut)
Diana Baumrind, dalam penelitiannya yang inovatif pada tahun 1966, membedakan antara orang tua yang otoriter (sangat ketat), permisif (sangat lunak), dan tegas (sama-sama disiplin dan penyayang).
Singkatnya, orang tua otoriter terlalu keras, orang tua permisif terlalu lembut, dan orang tua tegas itu hal yang tepat.