Dear Moms, Kenali 5 Pemicu Ruam Kulit Bayi Tanpa Disadari
- inmagine.com
VIVA –  Ada banyak alasan potensial mengapa bayi mengalami ruam yang kerap dialami. Terkadang, ruam sendiri terjadi tanpa gejala tambahan yang membuat para bayi tak nyaman dan ibu-ibu menjadi panik. Sebenarnya, apa pemicu ruam bayi?
Kemungkinan ada alasan yang jelas untuk ruam, seperti beralih ke sabun baru atau bersentuhan dengan zat baru. Dalam kasus lain, pengasuh mungkin perlu berbicara dengan dokter untuk mencari tahu apa yang bisa menyebabkan ruam. Berikut deret pemicu ruam pada bagi yang patut dipahami para moms dikutip dari laman Medicalnews Today.
Cradle cap
Cradle cap adalah ruam yang muncul pada atau di sekitar kulit kepala. Ini menghasilkan bercak kekuningan dan berminyak yang tampak bersisik. Cradle cap bukanlah masalah besar dan akan hilang dengan sendirinya tanpa perlu perawatan. Kondisi ini juga jarang menyebabkan ketidaknyamanan atau gejala lain pada bayi
Eksim
Penyakit eksim.
- U-Report
American Academy of Dermatology Association (AAD) menunjukkan bahwa hingga 60% orang dengan eksim mengembangkannya di tahun pertama kehidupan mereka, dan hingga 25% dari semua anak memiliki kondisi tersebut.
Eksim menyebabkan kulit merah dan kering yang biasanya gatal dan kasar saat disentuh. Meskipun tidak ada obat untuk eksim, pengasuh dapat membantu mengurangi gejala dengan perawatan yang tepat, seperti mencuci, melembabkan, dan mengurangi paparan pemicu.
Impetigo
Impetigo adalah infeksi bakteri umum pada anak-anak dan bayi. Ini menyebabkan benjolan gatal dan lecet. Ini sangat menular dan membutuhkan perawatan. Bayi yang pergi ke tempat penitipan anak atau kamar bayi biasanya perlu tinggal di rumah sampai mereka tidak lagi menular.
Ruam berhenti menular sekitar 24 jam setelah memulai pengobatan antibiotik. Tanpa pengobatan apa pun, impetigo dapat tetap menular lebih lama, hingga beberapa minggu. Namun, ini jarang serius, dan biasanya sembuh tanpa komplikasi.
Penyakit Kelima
Penyakit kelima adalah penyebab umum ruam dan demam pada anak-anak. Menurut Sumber Tepercaya Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), virus parvovirus B19 bertanggung jawab atas kondisi tersebut. Dokter terkadang menyebutnya eritema infectiosum.