Bangun Critical Thinking Anak Lewat Eksperimen Sains yang Seru dan Interaktif
- ist
Jakarta, VIVA – Di era yang terus berubah dengan cepat, kemampuan berpikir kritis (critical thinking) dan pemecahan masalah (problem solving) menjadi dua keterampilan utama yang perlu dimiliki generasi muda. Keterampilan ini tak hanya membantu anak menghadapi tantangan masa kini, tetapi juga membekali mereka untuk menghadapi dunia kerja dan kehidupan dewasa dengan lebih siap.
Psikolog anak, Saskhya Aulia Prima, menegaskan pentingnya kedua keterampilan ini dalam mendukung perkembangan anak secara menyeluruh. Scroll lebih lanjut ya.
“Problem solving adalah kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, menganalisa situasi, membuat dan mengimplementasikan solusi dengan cara yang paling efektif. Critical thinking adalah kemampuan untuk melihat analisa dengan baik, mengevaluasi dan menilai keputusan secara kritis," katanya.
"Biasanya critical thinking penting untuk mempertanyakan kembali solusi yang telah ditetapkan untuk memastikan keputusan tersebut bebas dari bias dan asumsi. Critical thinking bahkan bisa membuka dan mempertimbangkan perspektif yang berbeda sebagai solusi. Hal ini sangat penting dimiliki anak untuk menghadapi masa depan,” sambungnya.
Lebih lanjut, Saskhya menjelaskan bahwa kemampuan ini dapat dikembangkan sejak usia dini melalui metode belajar yang tepat. Salah satu metode efektif adalah eksperimen sains yang menekankan pendekatan eksploratif dan praktik langsung.
“Eksperimen sains dapat membantu mengembangkan rasa ingin tahu, pemikiran kritis dan kemauan belajar. Selain itu, anak juga dapat belajar urutan, sistematisasi dan aturan... Eksperimen sains juga memberi kesempatan untuk experiential learning & discovery learning pada anak,” ujarnya.
Einstein Science Project (ESP)
- ist
Menjawab kebutuhan ini, Einstein Science Project (ESP) hadir dengan pendekatan unik berupa pembelajaran langsung (hands-on learning). Program ini ditujukan untuk anak usia 3 hingga 14 tahun agar mereka dapat mengeksplorasi dunia sains dengan cara yang menyenangkan dan edukatif.
“Menyadari pentingnya soft skills bagi anak dan dilatarbelakangi oleh keinginan menginspirasi anak sejak dini untuk mencintai ilmu sains dengan cara yang menyenangkan, Einstein Science Project hadir dengan metode hands-on learning / pengalaman praktik secara langsung yang akan memudahkan pemahaman anak mengenai teori-teori sains," katanya.
ESP menyediakan berbagai fasilitas, termasuk video tutorial, lembar aktivitas, dan modul eksperimen. Anak-anak bahkan diajak mengenakan jas lab dan menggunakan alat-alat laboratorium seperti mikroskop dan teleskop agar mereka benar-benar merasakan pengalaman menjadi “Ilmuwan Cilik”
ESP memiliki berbagai zona eksplorasi, seperti Sensory Corner yang merupakan area eksplorasi sensori berisi pasir kinetik, magic straw, lego, dan lainnya. Kemudian, Messy Play & Chemical Experiment, yakni tempat anak mencoba eksperimen berbasis kimia. Juga Hands-On Lab Area, ruang praktik eksperimen yang dilengkapi peralatan laboratorium sungguhan.
Einstein Science Project (ESP)
- ist
Durasi kelas bervariasi, dari 60 menit untuk satu eksperimen hingga 90 menit untuk dua eksperimen. Selain kelas reguler, ESP juga menawarkan program untuk sekolah seperti Science Day, kegiatan ekstrakurikuler, Science Field Trip, dan Science Fair.
Salah satu eksperimen menarik di ESP adalah Giant Toothpaste, di mana anak-anak mencampurkan bahan kimia aman seperti sabun dan pewarna untuk menciptakan reaksi berbusa besar yang mengeluarkan panas dan asap. Kegiatan ini bukan hanya menyenangkan, tapi juga kaya akan stimulasi berpikir.
“Satu contoh kegiatan itu saja (Giant Toothpaste) bisa membantu anak melatih logika, sebab akibat... anak juga bisa berlatih untuk mulai mengikuti instruksi. Jadi ajak anak untuk melakukan eksperimen sains. Ini juga bisa jadi kegiatan bonding yang menyenangkan untuk orang tua dan anak,” jelas Saskhya.
Dalam rangka meningkatkan semangat anak-anak untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif, ESP akan menggelar Olimpiade Internal jenjang SD pada Mei mendatang, khusus untuk program ekstrakurikuler sains.
“Kami berharap dengan aktivitas di ESP, semakin banyak anak Indonesia yang memiliki kemampuan problem solving dan critical thinking yang baik, memiliki kreativitas dan bisa menjadi pemimpin masa depan,” tutup Ni Nengah Kristanti.