SOROT 558

Jakarta Kian Menua

Kendaraan melintas di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Rabu, 17 April 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Kebanyakan mereka datang ke Jakarta untuk mendapat sesuatu dari Jakarta, bukan orang-orang yang datang untuk memberi sesuatu. Dan hal itu masih ditambah dengan Jakarta yang belum maksimal memberikan kontribusi serta memanfaatkan para urbanis. Itu sebabnya urbanisasi di Jakarta tak memberikan dampak ekonomis.

Ternyata VOC Belanda Hukum Pezina dengan Benamkan Kepala ke Air Sampai Mati

"Kalau di negara-negara lain, satu pertumbuhan urbanisasi bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, seperti di Cina itu 10 persen, Thailand 7 persen, bahkan di Vietnam bisa 8 persen pertumbuhan ekonomi di kotanya. Nah, sementara di Jakarta tidak, pertumbuhan ekonomi kita hanya sekitar 4 persen," ujarnya.  

Dilema Kota yang Kian Padat

Tanggul Jebol, Banjir Rob Landa Permukiman Warga di Sunda Kelapa

Sebagai pusat negara, Jakarta menjadi magnet kuat yang terus menarik orang untuk datang dan mengadu nasib. Jumlah penduduknya terus meningkat. Dikutip dari katadata.co.id, tahun 1961 penduduk Jakarta hanya sekitar dua juta. Tapi pada tahun 2017 jumlahnya sudah mencapai sekitar 11 juta. Layaknya kota yang kian padat, problem sosial kemasyarakatan dan lingkungan juga mengiringi.

Tema "Wajah Baru Jakarta," yang dipilih Anies Baswedan sebagai tema ulang tahun Jakarta yang ke 492 digunakan sebagai cara Anies untuk mengajak warganya mengubah perspektif mereka soal menjadi warga ibu kota. Meski usia Jakarta terus menua, tapi semangatnya tetaplah muda.

President Joko Widodo Explores Historical Building of A.A Maramis

Yayat Supriatna mengakui, pertambahan penduduk dalam sebuah kota besar adalah kewajaran. Pertanyaan besarnya, adalah bagaimana pemerintah kota mengelola kotanya. Sebab, menurut Yayat, idealnya sebuah kota akan meminta setiap penduduk untuk memberikan kontribusi untuk pertumbuhan kota tersebut dan bukan menjadi penumpang gelap yang hanya mendapatkan penghasilan di kota tersebut lalu memberikan kesejahteraan di kota lain.

Tak hanya itu, Yayat juga meyakini, semakin tua usia sebuah kota harus disikapi dengan semangat muda.

"Semakin tua sebuah kota, maka harusnya kota tersebut akan semakin muda dalam konteks layanan infrastruktur, layanan kepada masyarakat, semakin canggih, dan semakin milenia.

"Jadi bukan makin tua makin renta, makin tua makin macet, makin tua makin menderita, makin tua makin banjir, bukan begitu. Justru sebuah kota itu semakin tua usianya, dia harus semakin mampu mengurangi prolematika," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya