Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews -
Duane bukan pejabat tinggi negara. Bukan teroris. Bukan pula musuh negeri Amerika Serikat. Sosoknya jauh dari kesan berbahaya. Dia hanya seorang warga biasa negeri adidaya itu. Merintis hidup sebagai pengacara di Mayer Brown, sebuah lembaga hukum di kota Chicago. Nama Duane, juga tidak begitu mencorong.
Tapi pria berkacamata ini masuk radar National Security Agency (NSA), badan intelijen di negeri Barrack Obama itu. Dan semua itu karena rokok dan udang. Rupanya, Duane didapuk Jakarta menjadi pengacara dalam sengketa dagang dengan Washington. Sengketa soal rokok kretek dan udang yang dilarang keras masuk pasar negeri itu. Dan Amerika Serikat sekuat tenaga memenangkan sengketa ini. Menyadap semua pembicaraan Duane dengan perwakilan Indonesia. Kasus ini terjadi tahun 2010.
Para telik sandi di NSA boleh dibilang mujur. Rekaman percakapan itu disetor oleh badan intelijen dari negara sahabat, Australian Signals Directorat (ASD). Badan itulah yang di penghujung tahun kemarin, dituding sebagai biang keladi dari kisruhnya hubungan Indonesia dengan Australia. Mereka menyadap percakapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sejumlah menteri, dan juga Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Rupanya Australia dan Amerika Serikat bahu membahu menyadap pembicaraan petinggi sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia. Aksi mereka kemudian diketahui dunia, setelah Edward Snowden, mantan anggota NSA yang kini menetap di Moskow, membocorkannya kepada media massa.Â
Penyadapan terhadap Duane dan wakil pemerintah Indonesia, misalnya, diketahui setelah Edward Snowden kembali membeberkan dokumen rahasia milik NSA tahun 2012. Dokumen itu dipublikasi harian New York Times. Ditulis awal pekan lalu, Sabtu 15 Februari 2014.
Dan inilah bocoran itu. Sekitar tiga tahun lalu, wakil pemerintah Indonesia - yang hingga kini masih disebut anonim – bercakap-cakap dengan Duane lewat sambungan telepon internasional. Percakapan itu terkait sengketa perdagangan udang dan rokok kretek.
Percakapan itu tanpa sengaja tersadap oleh intelijen ASD. Badan intelijen yang beberapa karyawannya juga merupakan mantan karyawan NSA ini, kemudian melaporkan "hasil tangkapannya" kepada NSA Cabang Canberra. Merasa mendapat buruan besar, para intel itu kemudian mengabarkan kepada markas pusat NSA di Fort Meade, Maryland. Mereka juga meminta arahan.
Baca Juga :
Akun Instagram Nafa Urbach Hilang
Baca Juga :
Test Draft Reporter lagi API
Tapi pria berkacamata ini masuk radar National Security Agency (NSA), badan intelijen di negeri Barrack Obama itu. Dan semua itu karena rokok dan udang. Rupanya, Duane didapuk Jakarta menjadi pengacara dalam sengketa dagang dengan Washington. Sengketa soal rokok kretek dan udang yang dilarang keras masuk pasar negeri itu. Dan Amerika Serikat sekuat tenaga memenangkan sengketa ini. Menyadap semua pembicaraan Duane dengan perwakilan Indonesia. Kasus ini terjadi tahun 2010.
Para telik sandi di NSA boleh dibilang mujur. Rekaman percakapan itu disetor oleh badan intelijen dari negara sahabat, Australian Signals Directorat (ASD). Badan itulah yang di penghujung tahun kemarin, dituding sebagai biang keladi dari kisruhnya hubungan Indonesia dengan Australia. Mereka menyadap percakapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sejumlah menteri, dan juga Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Rupanya Australia dan Amerika Serikat bahu membahu menyadap pembicaraan petinggi sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia. Aksi mereka kemudian diketahui dunia, setelah Edward Snowden, mantan anggota NSA yang kini menetap di Moskow, membocorkannya kepada media massa.Â
Penyadapan terhadap Duane dan wakil pemerintah Indonesia, misalnya, diketahui setelah Edward Snowden kembali membeberkan dokumen rahasia milik NSA tahun 2012. Dokumen itu dipublikasi harian New York Times. Ditulis awal pekan lalu, Sabtu 15 Februari 2014.
Dan inilah bocoran itu. Sekitar tiga tahun lalu, wakil pemerintah Indonesia - yang hingga kini masih disebut anonim – bercakap-cakap dengan Duane lewat sambungan telepon internasional. Percakapan itu terkait sengketa perdagangan udang dan rokok kretek.
Percakapan itu tanpa sengaja tersadap oleh intelijen ASD. Badan intelijen yang beberapa karyawannya juga merupakan mantan karyawan NSA ini, kemudian melaporkan "hasil tangkapannya" kepada NSA Cabang Canberra. Merasa mendapat buruan besar, para intel itu kemudian mengabarkan kepada markas pusat NSA di Fort Meade, Maryland. Mereka juga meminta arahan.
Halaman Selanjutnya