SOROT 366

Putri nan Malang dan Tanah Bermain yang Hilang

kerabat berdoa di makam Alm. Putri Nur Fauziah
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
Lahan Bermain Yang Berbahaya Bagi Anak-anak
Pembunuh Bocah dalam Kardus Segera Diadili
Ruang bermain untuk anak di kota besar hampir tidak tersedia.

Nyawa Putri Melayang di Tempat Seharusnya Dia Bermain
Kekurangan lahan bermain tak hanya terjadi di permukiman. Ketua Komisi VIII DPR RI Saleh Partaonan Daulay bahkan mengatakan ruang bermain untuk anak, khususnya di kota besar, memang hampir tidak ada.

Menurut dia, jangankan di tempat seperti taman kota, area sekolah pun kini tidak memiliki ruang bermain yang memadai.

Rekonstruksi: Agus Buang Jasad Putri dengan Sepeda Motor

"Jangankan tempat seperti city park, ruang  bermain di sekolah saja sudah jarang sekali, paling cuma ada lapangan basket yang begitu-begitu aja," kata Saleh ketika berbincang dengan VIVA.co.id.

Menurut politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini, kekerasan terhadap anak tidak hanya terjadi lewat fisik, tapi juga dalam bentuk ketidaktersediaan ruang untuk mengekspresikan diri. Padahal katanya, dalam pemikiran filsuf Jerman, Jurgen Habermas, salah satu syarat negara demokratis dan modern adalah tersedianya ruang publik itu.

"Harus ada publicsphere itu, ruang publik. Di mana orang-orang bisa mengekspresikan eksistensinya, termasuk anak-anak. Ruang itu harus ada, diberikan gratis oleh negara untuk warga negara. Di Jakarta banyak tempat tapi bayar. Orang bisa renang, main bola. Itu kan banyak yang mahal-mahal tuh," ujarnya.

Senada dengan Saleh, Spesialis Perlindungan Anak UNICEF Indonesia, Ali Aulia Ramly mengatakan, kebutuhan ruang dan sarana rekreasi umum menjadi permintaan dasar anak-anak dan remaja. 

“Dalam konsultasi regional yang dilaksanakan oleh wakil sekjen PBB untuk kekerasan terhadap anak beberapa tahun lalu, anak-anak dan orang muda yang terlibat meminta agar pemerintah berkomitmen untuk membangun ruang dan sarana rekreasi umum, di mana anak dan remaja dapat mendorong kedamaian dan mencegah serta mengurangi kekerasan terhadap anak,” kata Ali kepada  VIVA.co.id.

Ali juga menyebutkan, di beberapa negara, taman dan ruang publik dikembangkan  untuk memberi ruang bagi anak dan remaja untuk beraktivitas, bersosialisasi, belajar bersama, dan memiliki kegiatan yang positif serta tidak terlibat kegiatan yang buruk dan mendorong kekerasan.

Namun, ketersediaan lahan bermain atau ruang terbuka publik yang ramah anak itu  ternyata bukan satu-satunya solusi untuk menekan angka kekerasan dan kejahatan pada anak. Masih banyak hal yang perlu dilakukan untuk melindungi dan menjaga anak-anak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya