Jepang Rancang Kapal Perang Raksasa Penghancur Rudal Nuklir China

VIVA Militer: Rudal hipersonik Dongfeng DF-17 Tentara Pembebasan Rakyat China
Sumber :
  • South China Morning Post (SCMP)

VIVA – Setelah resmi memasuki masa layanan untuk Pasukaan Roket Tentara Pembebasan Rakyat China (PLARF), rudal balistik jarak menengah atau lebih dikenal sebagai rudal hipersonik Dongfeng DF-17 jadi ancaman bagi sejumlah negara. Tak hanya Republik China (Taiwan) yang ketar-ketir, Jepang juga terancam dengan adanya senjata dahsyat China itu.

Sanae Takaichi Terpilih Menjadi Ketua LDP, Selangkah Lagi Jadi PM Perempuan Pertama Jepang

Rudal DF-17 resmi diperkenalkan kepada publik dalam parade militer memperingari Hari Ulang Tahun Republik Rakyat China (RRC) ke-17, 1 Oktober 2019. Mampu membawa hulu ledak termonuklir, rudal DF-17 bisa menghancurkan Taiwan atau Jepang sekalipun.

Hal ini lah yang membuat pemerintah Jepang berpikir keras. Meskipun memiliki Sistem Pertahanan Rudal Balistik Aegis (Aegis BMD) buatan Amerika Serikat (AS), Jepang masih belum merasa sepenuhnya aman dari ancaman rudal nuklir China.

Meski Dihajar Diskon Ratusan Juta, Penjualan Mobil Listrik Masih Terseok di Jepang

Oleh sebab itu, Kementerian Pertahanan Jepang saat ini dikabarkan tengah berencana membuat kendaraan tempur baru yang dilengkapi dengan rudal Aegis BMD.

Menurut data yang diperoleh VIVA Militer dari Global Times, Kementerian Pertahanan Jepang sedang mempertimbangkan pembuatan kapal perang raksasa seberat 9.000 ton. Kapal perang ini nantinya akan dilengkapi dengan rudal Aegis BMD, dan akan berfungsi sebagai penghadang rudal DF-17 milik militer China.

Jorge Martin Dipastikan Absen di MotoGP Mandalika, Ini Alasannya!

Jika rencana Jepang terealisasi, maka kapal perang raksasa itu akan jadi yang terbesar setelah kapal penjelajah Maya, yang pernah dipakai militer Jepang di Perang Dunia II.

Rencana Jepang ini ternyata sudah diketahui China. Seorang pakar militer dari Institut Studi dan Pengembangan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat, Zhang Junshe, menilai jika Jepang hanya beralasan. Ancaman serangan rudal China dijadikan dalih bagi Jepang, yang di satu sisi dikendalikan oleh Amerika.

"Jepang bekerja sebagai bidak catur bagi Amerika Serikat untuk membantu mengembangkan kapal perang besar, sebagai bagian dari sistem pertahanan strategisnya," ucap Zheng.

"Jepang memiliki teknologi dan uang untuk membangun kapal besar. Yang dibutuhkan hanyalah alasan untuk menerobos batasan konstitusional. Itu sebabnya, mereka terus menghipnotis dengan menggunakan dalih ancaman negara tetangga seperti China dan Korea Utara," katanya.

Walaupun nantinya Jepang akan mampu menciptakan kapal perang raksasa, sejumlah analis militer China itu yakin rudal DF-17 tidak akan bisa dihentikan. Zhang memastikan, tak ada satu pun sistem pertahanan rudal balistik di dunia ini yang mampu menghadang serangan rudal hipersonik militer China.

Suasana Shibuya Scramble Crossing, Tokyo, Jepang, di malam hari.

Bursa Asia Cerah, Pasar Sambut PM Perempuan Jepang Pertama

Bursa Asia dibuka menguat pada awal pekan. Pasar saham merespons positif terpilihnya Sanae Takaichi sebagai perdana menteri perempuan pertama Jepang.

img_title
VIVA.co.id
6 Oktober 2025