Jenderal TNI Hendropriyono: Intelijen Tidak Pernah Ngarang!

VIVA Militer: Jenderal TNI (Purn.) Abdullah Mahmud Hendropriyono
Sumber :
  • Youtube

VIVA – Sebagai seorang prajurit satuan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Jenderal TNI (Purn.) Abdullah Mahmud Hendropriyono memiliki naluri yang tajam di bidang intelijen. Kemapuan ini yang membawanya masuk dalam Badan Intelijen Strategis (BAIS) ABRI dan akhirnya di Badan Intelijen Negara (BIN).

Satgas Pamtas Yonarmed 12 Kostrad Gagalkan Penyelundupan BBM dan Tembakau ke Timor Leste

Menurut data yang dikutip VIVA Militer dari situs resmi Akademi Militer (Akmil), Hendropriyono adalah jebolan tahun 1967. Sejak 1968 hingga 1985, pria kelahiran Yogyakarta 7 Mei 1945 ini menjadi perwira Kopassus, dan ikut serta dalam sejumlah operasi militer. Mulai dari pembasmian Darul Islam/Tentara Nasional Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat, hingga Operasi Seroja di Timor-Timur.

Kemudian pada 1985, Hendropriyono ditunjuk sebagai Asisten Intelijen (Asintel) Kodam Jayakarta/Jaya. Di sini lah Hendropriyono mendalami ilmu di bidang intelijen. 

Legislator Dukung Seleksi Pimpinan TNI Tak Perlu Senioritas, Kompetensi yang Utama

Setelah menjadi Komandan Komamdo Resor Militer (Danrem) 043/Garuda Hitam (Gatam) periode 1987 hingga 1991, Hendropriyono ditarik ke Badan Intelijen Strategis (BAIS) Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Sejak 1991 hingga 1994, Hendropriyono menjabat Direktur A dan D BAIS ABRI.

Mantan Kepala Badan Intelijen Negara AM Hendropriyono.

Photo :
  • VIVA/ Reza Fajri.

Ketika Pejabat Polres Priok Tiba-tiba Datangi Lima Mako TNI, Bawa Nasi Tumpeng

Setelah pensiun dari dunia militer, Hendropriyono pun dipilih untuk menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang pertama di era Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri. Menduduki jabatan itu selama 2001 hingga 2004, banyak pembuktian naluri intelijen Hendropriyono yang pada akhirnya terbukti benar. 

Tak hanya di dalam negeri, sejumlah peristiwa yang menggemparkan dunia internasional juga pernah masuk dalam prediksinya. Salah satunya adalah Peristiwa 9/11 di New York, Amerika Serikat (AS). 

Momen mengerikan itu terjadi saat dua menara kembar World Trade Center (WTC) roboh dan rata dengan tanah akibat ditabrak dua pesawat yang diduga dibajak oleh anggota kelompok teroris Al-Qaeda.

"Pada 10 Agustuts (2001) saya bilang teroris internasional akan marak di dunia dan kita supaya hati-hati, saya dibilang menyanyikan lagu lama. Tahu-tahu, (peristiwa) WTC meletus, sampai saya diundang ke Washington untuk bicara analisa itu, bagaimana kok bisa tahu dan sebagainya," ujar Hendropriyono.

Oleh sebab itu menurutnya, menjadi seorang intelijen tak hanya harus memiliki tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi. Akan tetapi, harus memiliki kejujuran. Dalam hal ini, Hendropriyono menegaskan bahwa haram hukumnya intelijen berbohong atau menyajikan data yang tidak benar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya