Tarif Taksi Diprediksi Turun, tapi Pekerjaan Sopir Terancam
- Carscoops
Jakarta, VIVA – Perkembangan teknologi mobil otonom, seperti robotaxi, diprediksi akan menurunkan tarif taksi secara signifikan dalam dekade mendatang. Menurut Uri Levine, pendiri Waze, layanan transportasi berbasis pengemudi akan digantikan oleh kendaraan otonom, mengurangi biaya operasional.
Saat ini, sebagian besar tarif taksi, seperti pada layanan Uber, mengalir ke pengemudi. Dengan menghilangkan pengemudi, tarif perjalanan bisa turun drastis, misalnya dari US$100 (Rp1.600.000) menjadi hanya US$25 (sekitar Rp400.000) untuk perjalanan serupa.
Dikutip dari Carscoops, Sabtu 19 Juli 2025, penurunan ini tentu menguntungkan konsumen, yang juga akan mendapat lebih banyak waktu karena tidak perlu mengemudi sendiri.
Namun, di balik potensi hemat biaya ini, ada ancaman serius bagi pekerjaan sopir. Diperkirakan, dalam 10-15 tahun, sebagian besar layanan transportasi di beberapa perkotaan besar dunia akan sepenuhnya otonom, sehingga kebutuhan akan pengemudi manusia akan berkurang drastis.
Di banyak kota dunia, di mana profesi sopir taksi dan ojek online menjadi mata pencaharian jutaan orang, perubahan ini bisa memicu pengangguran massal.
Meski begitu, transisi ini tidak akan terjadi seketika. Waymo, pionir robotaxi, baru beroperasi di beberapa kota di Amerika Serikat sejak 2020. Di Indonesia, infrastruktur jalan, regulasi, dan kesiapan teknologi masih jauh dari mendukung kendaraan otonom.
Tantangan seperti kemacetan, jalanan tidak standar, dan kebiasaan berkendara lokal membuat implementasi robotaxi membutuhkan waktu bertahun-tahun, bahkan mungkin dekade.
Dampaknya tidak hanya terbatas pada sopir. Industri logistik dan transportasi umum juga berpotensi terganggu. Levine bahkan memprediksi bahwa di masa depan, toko-toko seperti butik pakaian bisa mengirimkan barang langsung ke konsumen melalui van otonom, mengubah cara kita berbelanja.
Namun, tanpa strategi yang matang, seperti pelatihan ulang tenaga kerja atau penciptaan lapangan kerja baru, jutaan sopir berisiko kehilangan penghasilan.
