Quo Vadis TNI AU?
- ANTARA/Widodo S. Jusuf
(Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Yuyu Sutisna).
Tantangan kian berat
Yuyu mengatakan perkembangan lingkungan strategis serta pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan memicu munculnya bentuk ancaman baru dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara serta hubungan antar negara seakan tanpa batas, menyebabkan tantangan yang dihadapi Angkatan Udara ke depan semakin berat.
Mengantisipasi berbagai tantangan terhadap dinamika tersebut, kata dia, TNI Angkatan Udara harus memiliki kemauan, tekad dan komitmen untuk dapat mewujudkan hasil yang optimal dengan kekuatan dan kemampuan TNI AU yang dimiliki saat ini.
"Namun harus disadari bahwa menjaga kondisi alat utama sistem senjata udara agar tetap siap operasional, tentu bukan masalah yang mudah, karena berkaitan dengan kesiapan seluruh komponen Angkatan Udara, yang berupa kesiapan personel, alutsista, pangkalan udara, fasilitas dan sarana lainnya serta ketersediaan anggaran," kata dia.
Oleh karena itu, dia menegaskan kepada seluruh personel Angkatan Udara, dalam melaksanakan tugas agar membuat perencanaan yang baik, saling bersinergi dan bekerjasama dengan segenap komponen bangsa dan rakyat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
"Tunjukkan bahwa personel TNI Angkatan Udara adalah insan dirgantara
yang mengerti dan memahami akan tugas serta tanggungjawabnya dalam menjaga
pertahanan negara di udara," ujarnya.
Butuh alutsista modern
Dia menuturkan bahwa kebijakan "Minimum Essential Force" (MEF) atau kekuatan pokok minimum dan rencana strategis TNI AU merupakan jawaban yang tepat dan terus dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kekuatan udara yang ideal.
Saat ini, lanjut Yuyu, TNI AU berada pada dua tahun di akhir Renstra III (2015–2019) dan kebijakan MEF Tahap II. Mereka terus berusaha untuk segera mewujudkan terpenuhinya pengadaan alutsista Angkatan Udara, seperti pesawat tempur pengganti F-5 dengan pesawat tempur generasi empat setengah, pesawat angkut berat, pesawat multipurpose amphibious, pesawat helikopter angkut berat, pesawat tanpa awak (UAV), radar GCI, senjata udara dan rudal penangkis serangan udara serta fasilitas, sarana prasarana lainnya.
Pada Renstra IV, TNI AU merencanakan untuk terus membangun kekuatan udara yaitu mengganti pesawat Hawk 100/200 dengan pesawat tempur yang lebih modern, pengadaan pesawat tanker dan pesawat Awacs, serta melanjutkan pengadaan radar GCI dan membangun network centric warfare (jaringan perang sentris).