Menyelamatkan Malaysia dari Utang
- REUTERS
"Tapi anak muda ini telah mengambil inisiatif sendiri untuk melakukan sesuatu dengan urun dana untuk menyelamatkan Malaysia. Aku kebetulan mengenalnya dan sangat bangga padanya. Jadi jika Anda bisa membantu, lakukan dukungan. Setiap sedikit membantu," ujar Marina seperti dikutip VIVA, Minggu, 27 Mei 2018.
Berdasarkan pembaruan terkini dari situs gogetfunding.com, Nik Shazarina Bakti mengumumkan bahwa PayPal telah memberlakukan pembatasan karena terlalu banyak dana yang ditransfer ke akun tersebut.
"Saya telah menghubungi PayPal sepanjang hari dan diberitahu bahwa ini akan memakan waktu antara 48 - 72 jam untuk memperbaiki masalah ini karena ini adalah akhir pekan. Namun, mereka akan mencoba sebaik mungkin untuk memperbaiki ini secepat mungkin," tulis Nik, Minggu, 27 Mei 2018.
Terakhir, dana yang terkumpul dan tertera di akun tersebut adalah sebesar US$3.663 atau 3 persen dari target.
Pemerintah kemudian menindaklanjuti prakarsa tersebut dengan jaminan transparansi dari Menteri Keuangan, Lim Guan Eng. Diberi nama Tabung Harapan Malaysia, pemerintah sudah mengumumkan nomor rekening dan bank yang akan menampung dana dengan sumbangan harus dalam mata uang ringgit.
"Rakyat secara sukarela ingin menyumbang pendapatan mereka kepada pemerintah untuk mengurangi beban," jelas Lim Guan Eng dalam pernyataannya.
Namun pengamat ekonomi berpendapat penggalangan dana umum seperti yang dilakukan Malaysia tidak akan berdampak besar, dalam mengatasi krisi utang di negeri tersebut.
"Amat tidak mungkin, melihat skala utang di Malaysia. Akan lama sekali," kata Krystal Tan, ekonom di Capital Economics.
Bagaimanapun, kesadaran warga Malaysia akan beban utang yang ditanggung pemerintahnya patut diapresiasi. Dengan segala keterbatasan, Malaysia menyadari bahwa utang ibarat pisau bermata dua, di satu sisi bisa berdampak positif bagi pembangunan, di sisi lainnya berdampak negatif apabila utang tidak mampu dikelola dengan baik.
Terobosan PM Mahathir dengan gigih melakukan efisiensi anggaran dan evaluasi megaproyek dengan China nampaknya perlu direnungi Indonesia, sebagai negara yang sebagian besar kontribusi pembangunannya saat ini dimodali asing. (ren)
