Fatigue Kill, 'Pembunuh' di Balik Pesta Demokrasi
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Menurut National Safety Council (NSC) Amerika Serikat, Kelelahan Akibat Kerja (fatigue) dapat mengakibatkan penurunan produktivitas dan kecelakaan kerja.Â
"Menurut penelitian, pekerja yang mengalami fatigue mengalami berbagai gangguan emosi dan masalah kesehatan serius," tulis Sekretaris Eksekutif Labor Institute Indonesia, Andy William Sinaga, lewat rilisnya yang diterima VIVA.Â
Sementara itu, Psikolog Sani Budiantini menyebut Fatigue Kill adalah keadaan di mana kelelahan bisa membuat sistem tubuh berubah dan kacau. Bahkan, memicu penyakit hingga kematian yang disebabkan menurunnya asupan oksigen ke otak.
Padahal, sejatinya tubuh memiliki sinyal saat rasa lelah mulai melanda. Namun, pada kasus ini, diakui Sani, membuat sinyal tersebut tak dikenali pemiliknya.
"Untuk kasus luar biasa ini, karena memang disertai target yang harus cepat dan teliti serta komitmen tinggi, membuat alarm di badan tidak menyala," ujar Sani kepada VIVA, Selasa 23 April 2019.
Beratnya beban kerja membuat rasa lelah tak lagi dirasakan oleh tubuh pemiliknya. Padahal, sinyal tersebut sangat berperan penting dalam mengendalikan fungsi kerja berbagai sistem di tubuh.Â
"Ini bahaya karena dia tidak tahu kapan harus istirahat atau bekerja. Seharusnya, seseorang bisa kendalikan itu," tegasnya.
Ia mengatakan Fatigue Kill tak hanya dipicu kelelahan fisik semata, namun juga kelahan mental secara bersamaan. Dari sisi mental, para pekerja KPPS juga diketahui merasa tertekan dan takut akan stigma masyarakat soal kecurangan. Karenanya beberapa petugas KPPS melakukan penghitungan suara hingga berulang-ulang. Di lain sisi tidak ada waktu untuk mengungkapkan rasa 'lelah' yang dialami.
"Secara mental, membuat dia tidak berani mengemukakan bahwa dia capek. Tidak ada ruang untuk mengungkapkan rasa istirahat tersebut," ujar Sani kepada VIVA, Selasa 23 April 2019.
Dari sisi fisik, lanjut Sani, berkaitan dengan sisi emosional tersebut, di mana untuk merasakan perasaan lelah itu tidak diperbolehkan. Sehingga memicu tubuh bekerja keras dan tak lagi merasa sinyal lelah di tubuh.
"Bisa saja orang bawaannya migren. Tapi karena ada tekanan, jadi tidak bisa berhenti bekerja," kata dia.
Untuk itu, Sani menegaskan perlunya seseorang memperhatikan tanda di tubuh dan tidak terlalu fokus untuk bekerja di luar kapasitasnya. Waktu untuk beristirahat sangat dibutuhkan untuk tetap memperkuat sistem imunitas tubuh.