Menakar Kesiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji 2016
- VIVA.co.id/Fajar Sodiq
Seperti contohnya masalah pemondokan. Tahun lalu, biaya pemondokan tiap orang rata-rata tiap orang 4.500 Riyal, tahun ini bisa ditekan hingga 4.300 Riyal. Kemudian terkait biaya antisipasi keadaan darurat, tahun lalu Rp100 miliar, tahun ini bisa ditekan menjadi Rp40 miliar.
"Ini sebuah hasil maksimal karena sebelumnya ada pembahasan intensif Komisi VIII dengan Kemenag," ungkapnya.
Pakai Rupiah dan Riyal
Kendati hitungan rata-rata ibadah haji ditentukan dengan dolar AS, namun untuk transaksi biaya haji tahun 2016 hanya menggunakan mata uang rupiah dan riyal. Nantinya, mata uang rupiah dipakai untuk biaya penyelenggaraan haji di dalam negeri. Sedangkan riyal digunakan selama di Arab Saudi. "Secara rinci masing-masing embarkasi ditetapkan rupiahnya secara persis," imbuhnya.
Kesepakatan menggunakan mata uang Rupiah untuk transaksi biaya penyelenggaraan haji di dalam negeri ini sebelumnya disepakati Komisi VIII DPR dengan Kemenag beberapa waktu lalu.
Ketua Komisi VIII, Saleh Partaonan Daulay mengatakan DPR menginginkan agar mata uang dolar tidak digunakan sebagai mata uang transaksi dalam pelaksanaan haji. DPR mengusulkan, nantinya semua transaksi pelaksanaan ibadah haji di dalam negeri dengan Rupiah dan Riyal untuk di Arab Saudi.
"Penetapan ini sangat menguntungkan jemaah haji. Dengan tidak mengacu pada kurs Dolar maka biaya yang harus disiapkan jemaah tidak akan berubah-ubah. Maka ini memberikan insentif yang cukup," kata kata Saleh, di Gedung DPR, Jakarta, Sabtu, 30 April 2016.
Kuota Tetap
Sementara itu, terkait masalah kuota jemaah haji 2016, Menag menjelaskan, haji tahun ini tidak mengalami peningkatan. Artinya jumlah kuota sama dengan tahun lalu, yakni berjumlah 168.800 jemaah. Dengan komposisi 155 ribu haji reguler dan 13 ribu haji khusus.
Padahal, Menteri Lukman sebelumnya menjanjikan akan melobi Pemerintah Arab Saudi agar menambah kuota jemaah haji Indonesia.
Lukman beralasan, sampai saat ini proyek perluasan Masjidil Haram belum tuntas, sehingga Arab Saudi masih memberlakukan pengurangan kuota di semua negara sebesar 20 persen dari kuota nasional.
"Mereka mengatakan, yang penting keselamatan seluruh jemaah haji. Permintaan Indonesia sangat lumrah karena antrean yang panjang," kata Lukman.