Culik WNI Lagi, Abu Sayyaf Coba Pecundangi Indonesia
- REUTERS
Luhut menganggap, hal itu menjadi penyebab tujuh WNI ABK Charles 001 yang tengah berlayar di Filipina kembali menjadi korban penyanderaan kelompok bersenjata Abu Sayyaf pekan lalu.
"Ada yang belum jalan (dari kesepakatan trilateral). Sudah disebutkan pula oleh Panglima TNI, memang belum semua pihak melaksanakan itu," ujar Luhut usai acara peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Minggu, 26 Juni 2016.
Poin kesepakatan utama dari pertemuan trilateral adalah patroli bersama ketiga negara di wilayah perairan untuk mencegah kejahatan transnasional, termasuk aksi pembajakan kapal. Kesepakatan lainnya adalah, peningkatan koordinasi pemberian bantuan cepat bagi warga dan kapal yang sedang berada dalam keadaan bahaya, peningkatan kerja sama pertukaran informasi intelijen antara ketiga negara, serta pembentukan saluran hotline untuk koordinasi saat terjadi ancaman keamanan dan keadaan darurat.
Terkait terjadinya kembali peristiwa penyanderaan, Luhut mengatakan pusat krisis yang dibentuk kementeriannya telah mulai bekerja. Kata Luhut, selambat-lambatnya pada Selasa, 28 Juni 2016, pemerintah sudah memiliki opsi permulaan terkait langkah yang akan ditempuh. "Kita sekarang masih mempelajari (kasus penyanderaan)," ujar Luhut.
Selanjutnya>>> BIN lacak lokasi penyanderaan...
BIN pantau lokasi penyanderaan
Pemerintah rupanya menyatakan tak mau diam berpangku tangan terkait sandera baru WNI yang ditawan kembali kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Meski upaya komunikasi dengan pemerintah Filipina telah dilakukan, pemerintah melalui Badan Intelijen Negara (BIN) hingga kini terus melacak keberadaan tujuh ABK Charles 001.
Kepala BIN Sutiyoso menegaskan, langkah pertama yang dilakukan pihaknya yaitu, menetapkan di mana lokasi tujuh awak kapal disandera dan mencari cara untuk melakukan penyelamatan. "Hasil rapat koordinasi, memang penyanderaan itu ada dan diperintahkan untuk melakukan langkah-langkah yang paling baik untuk menyelamatkan mereka," kata Sutiyoso di Bandung, Jawa Barat, Jumat, 24 Juni 2016.
Saat ini, BIN dan sejumlah pihak berwenang dikatakannya juga sedang melakukan pelacakan nomor telepon para korban. "Kami terus cari lokasi yang menyandera mereka. Pelacakan sudah kami lakukan, tapi enggak bisa ngomong banyak soal ini," kata Sutiyoso.