Menyoal Sekolah 8 Jam Sehari Selama 5 Hari

Anak-anak di Sekolah Dasar.
Sumber :
  • VivaNews/ Nurcholis Lubis

Keempat, dengan penerapan sekolah lima hari, tentunya tenaga pendidik/guru berkurang jumlah hari masuknya. Namun, di sisi lain mereka dituntut untuk menyelesaikan segudang administrasi dan kegiatan pendidikan lainnya yang menjadi tugasnya, dan ini perlu kita sadari, bahwa kekuatan dan kemampuan guru-guru kita, baik secara fisik maupun keilmuannya.

Panen Kritikan, Mendikbud Revisi soal Sekolah 8 Jam Sehari

Kelima, dengan diterapkannya lima hari masuk sekolah, berarti waktu luang bagi siswa bertambah, yang mungkin dengan alasan menambah waktu bermain dan untuk keluarga, hal ini jadi pertimbangan.

"Namun, coba kita perhatikan, dengan ditambahnya waktu luang, bukankah waktu untuk bermain bertambah, siapa yang mengontrol dan mengawasi? Bukankah, berarti juga tambah biaya, jika mereka mau ke tempat wisata? Lalu, siapa yang bisa menjamin, bahwa dua hari libur itu akan benar-benar bermanfaat bagi mereka?" ujarnya.

Mendikbud Pastikan Madrasah Tak Akan Gulung Tikar

Keenam, tambah Toha, jika lima hari sekolah diterapkan, pulang sekitar pukul 15.30 atau 16.00. Dia berpendapat itu adalah waktu mereka keluar dari sekolah.

"Lalu, jika mereka bermukim jauh dari sekolah, berarti sampai rumah bisa sudah Magrib. Lalu, bagaimana dengan salat Ashar mereka? Salat Magrib mereka? Siapa yang bertanggung jawab, jika sebab pulang yang sore, kemudian mereka tidak salat? Belum lagi, beban mereka yang telah menerima banyak pelajaran sejak pagi, bukankah sampai di rumah sudah letih? Lalu, bagaimana mereka akan mengerjakan tugas/PR. Lalu, kapan mereka akan membantu orangtua? Kapan mereka akan bersosialisasi dengan masyarakat?" kritiknya.

DPR Minta Wacana Kebijakan Sekolah 8 Jam Dikaji

Selanjutnya, jangan seragam>>>

Jangan seragam

Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi juga memberikan catatannya. Pertama, apakah delapan jam setiap hari itu juga berlaku untuk mereka yang kelas satu sampai tiga SD? Bila benar, maka dia menilai hal itu tidak sewajarnya.

"Itu tidak bisa, ketahanan fisik mereka tidak mampu dan sekolah juga repot," ujar Unifah, saat dihubungi VIVA.co.id, Minggu 11 Juni 2017.

Kedua, Unifah menyarankan pelaksanaanya tidak boleh ditetapkan secara seragam. Ketiga, tidak boleh mematikan sekolah madrasah dan kegiatan lain.

"Keempat, tidak boleh semua daerah di Indonesia melaksanakan ini. Bagi mereka yang secara geografis berbahaya seperti jauh, gelap, menyeberangi jembatan, tentu menyulitkan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya