Tanggapan Sutradara Film Jumbo Soal Kontroversi 'Merah Putih: One For All' yang Viral

Ryan Adriandhy
Sumber :
  • Instagram Ryan Adriandhy

VIVA – Film animasi Merah Putih: One For All terus menjadi pusat perhatian publik, memicu diskusi sengit di media sosial bahkan sebelum resmi tayang. Proyek yang digadang-gadang sebagai film animasi bertema nasionalisme pertama ini menuai kritik tajam, terutama terkait proses produksi yang terburu-buru dan kualitas yang dipertanyakan. 

Indonesia Jadi Country of Honor di SRIFF 2025 Tiongkok, Singgung Sinetron Kolosal Angling Dharma

Di tengah sorotan ini, sutradara film Jumbo, Ryan Adriandhy, memberikan tanggapan yang mencerminkan sikap bijaksana sekaligus tegas terhadap kontroversi tersebut.

Ryan menyampaikan pandangannya melalui unggahan di media sosial pribadinya. Dalam pernyataannya, ia memilih untuk tidak terlalu menanggapi setiap kritik secara spesifik, tetapi memberikan gambaran tentang sikapnya terhadap proyek tersebut.

Dibintangi Vino G Bastian hingga Faradina Mufti, Film Andaikan Kau Datang Kembali Diputar di JWC 2025

“Pagi teman-teman. Mention-nya masuk semua. Saya baca, namun saya merasa tidak ada yang perlu saya komentari lagi,” tulis Ryan, di X, dikutip Senin 11 Agustus 2025.

“Barangnya sudah jadi, akan tayang juga, dan nggak ada yang bisa dilakukan kecuali terus membuat yang lebih baik," sambungnya.

Sinopsis Film Rangga & Cinta: Kisah Ikonik Remaja Era 2000-an

Pernyataan ini menunjukkan bahwa Ryan memahami bahwa film tersebut telah selesai diproduksi dan siap ditayangkan, sehingga fokusnya kini beralih pada upaya menciptakan karya yang lebih baik di masa depan.

Kritik terhadap Proses Produksi

Kontroversi Merah Putih: One For All sebagian besar berpusat pada waktu produksi yang hanya dua bulan dan anggaran sebesar Rp6,7 miliar, yang dianggap tidak seimbang dengan kualitas yang ditampilkan dalam trailer. Publik mempertanyakan bagaimana proyek dengan dana besar dapat diselesaikan dalam waktu singkat, yang menurut standar industri animasi hampir mustahil untuk menghasilkan karya berkualitas tinggi. 

Ryan, yang dikenal atas dedikasinya pada film Jumbo yang memakan waktu produksi lima tahun, tampaknya memahami sensitivitas isu ini. Sebelumnya, melalui akun X pribadinya, Ryan juga pernah menyampaikan pandangan tentang pentingnya ketulusan dalam berkarya.

“Terus, terus, sampai akhirnya, yang dibuat dengan niat tidak tulus dan cara asal-asalan semakin tersingkirkan dan tidak punya alasan untuk minta didukung,” tegasnya.

“Memang perlu yang gelap untuk tahu masa depan animasi Indonesia bisa terang," katanya lagi.

Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa Ryan melihat kontroversi ini sebagai bagian dari proses pembelajaran bagi industri animasi Indonesia, di mana karya yang dibuat tanpa perencanaan matang akan sulit mendapat tempat di hati penonton.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya