Tanggapan Sutradara Film Jumbo Soal Kontroversi 'Merah Putih: One For All' yang Viral
- Instagram Ryan Adriandhy
VIVA – Film animasi Merah Putih: One For All terus menjadi pusat perhatian publik, memicu diskusi sengit di media sosial bahkan sebelum resmi tayang. Proyek yang digadang-gadang sebagai film animasi bertema nasionalisme pertama ini menuai kritik tajam, terutama terkait proses produksi yang terburu-buru dan kualitas yang dipertanyakan.
Di tengah sorotan ini, sutradara film Jumbo, Ryan Adriandhy, memberikan tanggapan yang mencerminkan sikap bijaksana sekaligus tegas terhadap kontroversi tersebut.
Ryan menyampaikan pandangannya melalui unggahan di media sosial pribadinya. Dalam pernyataannya, ia memilih untuk tidak terlalu menanggapi setiap kritik secara spesifik, tetapi memberikan gambaran tentang sikapnya terhadap proyek tersebut.
“Pagi teman-teman. Mention-nya masuk semua. Saya baca, namun saya merasa tidak ada yang perlu saya komentari lagi,” tulis Ryan, di X, dikutip Senin 11 Agustus 2025.
“Barangnya sudah jadi, akan tayang juga, dan nggak ada yang bisa dilakukan kecuali terus membuat yang lebih baik," sambungnya.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Ryan memahami bahwa film tersebut telah selesai diproduksi dan siap ditayangkan, sehingga fokusnya kini beralih pada upaya menciptakan karya yang lebih baik di masa depan.
Kritik terhadap Proses Produksi
Kontroversi Merah Putih: One For All sebagian besar berpusat pada waktu produksi yang hanya dua bulan dan anggaran sebesar Rp6,7 miliar, yang dianggap tidak seimbang dengan kualitas yang ditampilkan dalam trailer. Publik mempertanyakan bagaimana proyek dengan dana besar dapat diselesaikan dalam waktu singkat, yang menurut standar industri animasi hampir mustahil untuk menghasilkan karya berkualitas tinggi.
Ryan, yang dikenal atas dedikasinya pada film Jumbo yang memakan waktu produksi lima tahun, tampaknya memahami sensitivitas isu ini. Sebelumnya, melalui akun X pribadinya, Ryan juga pernah menyampaikan pandangan tentang pentingnya ketulusan dalam berkarya.
“Terus, terus, sampai akhirnya, yang dibuat dengan niat tidak tulus dan cara asal-asalan semakin tersingkirkan dan tidak punya alasan untuk minta didukung,” tegasnya.
“Memang perlu yang gelap untuk tahu masa depan animasi Indonesia bisa terang," katanya lagi.
Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa Ryan melihat kontroversi ini sebagai bagian dari proses pembelajaran bagi industri animasi Indonesia, di mana karya yang dibuat tanpa perencanaan matang akan sulit mendapat tempat di hati penonton.
Komitmen untuk Masa Depan Animasi Indonesia
Meski enggan terlibat dalam perdebatan panjang, Ryan menegaskan komitmennya untuk terus berkontribusi pada perkembangan industri animasi Indonesia. Dalam unggahan yang sama, ia mengajak publik untuk berfokus pada hal-hal positif.
Tanggapan Ryan ini mencerminkan pandangan seorang sineas yang memahami dinamika industri. Ia tidak hanya melihat Merah Putih: One For All sebagai sebuah proyek yang berdiri sendiri, tetapi juga sebagai cerminan dari tantangan yang dihadapi perfilman animasi Indonesia.
Dengan pengalamannya menggarap Jumbo, Ryan tampaknya ingin mendorong standar yang lebih tinggi dalam produksi animasi, dengan menekankan pentingnya proses kreatif yang mendalam dan tujuan yang jelas.
Sorotan Publik terhadap Film
Diskusi mengenai Merah Putih: One For All di media sosial mencakup berbagai aspek, mulai dari kualitas visual yang dianggap di bawah ekspektasi hingga keputusan strategis di balik produksi. Meskipun film ini diharapkan menjadi simbol kebangsaan, banyak warganet yang merasa kecewa dengan eksekusi yang terkesan terburu-buru.
Ryan, sebagai figur berpengaruh dalam industri animasi lokal, tampaknya ingin mengarahkan perhatian pada pentingnya belajar dari kekurangan untuk menciptakan karya yang lebih baik di masa depan.
Kontroversi ini, meski memicu kritik, juga membuka ruang diskusi tentang bagaimana industri perfilman Indonesia dapat berkembang. Dengan pandangan bijak dari sineas seperti Ryan Adriandhy, diharapkan masa depan animasi Indonesia dapat lebih cerah, dengan karya-karya yang tidak hanya menginspirasi, tetapi juga memenuhi standar kualitas global.
