Kasih Nilai 3/10 Buat Film Merah Putih: One for All, Amel Carla Dituding Jadi Buzzer Hingga Mau Diboikot

Amel Carla
Sumber :
  • IG @amelcarla

Jakarta, VIVA – Film animasi Merah Putih: One for All yang dirilis pada 14 Agustus 2025 lalu, terus menuai perbincangan publik. Kali ini giliran aktris sekaligus konten kreator, Amel Carla, yang menyampaikan ulasan pedas terhadap film besutan sutradara Endiarto dan Bintang Takari tersebut.

Terpopuler: Sutradara Mau Rilis Sekuel Merah Putih: One for All Setiap Tahun, Kim Jong Kook Menikah

Dalam video yang ia unggah ke akun TikTok, Amel Carla mengawali review dengan skor yang cukup mengejutkan. Berapa? Scroll untuk tahu lebih lanjut, yuk!

“Gue mau cerita bahwa jam 6 sore tadi, gue habis nonton (Merah Putih: One for All). So, welcome to the first Amel Review,” katanya, dikutip Selasa 19 Agustus 2025. 

Belum Nonton, Raffi Ahmad Tetap Dukung Film Merah Putih One For All Meski Banyak Kritik

“Sebelum kita mulai, gue akan kasih tahu nilai. Berapa, menurut gue? Nilainya adalah 3 out of 10. 3 out of 10, and I have my reasons,” sambung Amel.

Amel mengaku dirinya bukan animator, tetapi sangat menyukai film animasi. Menurutnya, alur cerita film ini terkesan monoton karena sebagian besar hanya menampilkan latar hutan.

Jumlah Penonton Film Merah Putih: One for All, Bikin Sutradara Pengin Rilis Sekuel Tiap Tahun

“Mereka itu di desa. Mereka nyari bendera, melewati hutan, tapi 60 persen dari filmnya, more I think, ya, 80 persen dari filmnya berada di hutan,” ucapnya.

“I thought kita ke hutan cuma buat melewati rintangan dan mencari bendera di tempat lain. Ternyata benderanya ada di hutan,” tambahnya.

Selain jalan cerita, kualitas visual juga disorot oleh wanita yang dikenal lewat peran Carla di sitkom Suami-suami Takut Istri itu.

“Walaupun ini animasi 3D, kurang banget ambient occlusion atau kayak shadow-shadow di beberapa bagian animasi yang membuat animasinya tuh lebih hidup,” jelasnya.

Amel menilai teknik pengambilan gambar turut memengaruhi emosi film.

“Masalahnya adalah, ini tuh kebanyakan shot close-up dengan background 2 dimensi dan eye to camera. Jadi, feel mereka ngobrol satu sama lain tuh benar-benar kurang banget gitu,” ungkapnya.

Beberapa masalah teknis lain juga ia singgung, mulai dari sinkronisasi gerakan mulut hingga tata suara.

“Misalnya lagi jalan, terus salah satu ada yang ngomong, itu mulutnya nggak kebuka. Jadi, kita bingung ini siapa yang ngomong,” ujarnya.

“Background suaranya kegedean. Ini tuh kayak kalau kalian edit TikTok, suaranya ditaruh di 60-70 persen karena dialognya jadi agak samar-samar dan nggak kedengaran. Walaupun lagunya enak, tapi gede banget. Kita nonton di bioskop biasa aja serasa IMAX ya, guys,” beber Amel.

Meski kritiknya tajam, Amel tetap memberikan apresiasi pada momen akhir film.

“Terutama di 5 menit terakhir sih. It's so fun karena ada lagu ‘Indonesia Raya,’ kita satu studio berdiri dan nyanyiin lagu Indonesia Raya. Saat sudah selesai sih, kita tepuk tangan juga,” ujarnya.

Meski memberi nilai rendah dan banyak memberi kritikan, Amel justru mengajak masyarakat menonton film ini.

“Menurut gue, kalau ini adalah salah satu cara kalian untuk memperingati ulang tahun Indonesia ke-80, hari kemerdekaan Indonesia ke-80, go ahead and watch it. Ajak orang-orang biar lebih meriah dan rame,” katanya.

Namun, pernyataan tersebut justru memicu kontra di kalangan warganet. Beberapa menganggap Amel kontradiktif, bahkan menudingnya sebagai buzzer film, sampai ada yang menyerukan untuk memboikot.

“Amel gatau berita, atau.... lagi jadi buzzer kah?” tuding netizen.

“Kenapa lu harus nonton sih!!!????” sahut lainnya.

“Boikot ya gais there’s another way to celebrate,” komentar akun lain.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya