Ersa Mayori dan Shahnaz Haque Akui Didik Anak di Era Digital Penuh Tantangan, Begini Cara Mereka Hadapinya

Ersa Mayori dan Shahnaz Haque.
Sumber :
  • Komite.

Jakarta, VIVA – Mendidik anak di era digital menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua zaman sekarang. Presenter Ersa Mayori pun tak memungkiri bahwa era digital memiliki tantangan yang lebih kompleks.

Trik Nana Mirdad agar Anak Makan Sehat Tapi Rasanya Tetap Enak

“Dulu orang tua kita fokusnya hanya pada kesehatan, pendidikan bagus, menjadi anak yang santun. Fokusnya hanya pada dunia nyata. Tapi saat ini kemajuan teknologi membawa banyak peluang tapi juga banyak hal negatif," ujar Ersa saat seminar parenting "Membangun Fondasi dan Membentuk Karakter Anak yang Kuat di Era Digital, yang digelar SD Muhammadiyah 5 Kebayoran Baru dan Komite di Sporthall Li-ben School, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dikutip Minggu 31 Agustus 2025. Scroll untuk info lengkapnya, yuk!

Sebagai pemateri, Shahnaz Haque pertama-tama menekankan pentingnya mengenal daya tangkap anak. 

Ustaz Kondang Asal Bandung Dilaporkan ke Polisi Kasus KDRT Terhadap Anaknya

"Jadi anak-anak kita memiliki daya tangkap yang berbeda. Misal kakaknya bisa saja daya tangkapnya 10 persen sedangkan adiknya 30 persen,” ujarnya.

Lanjut Shahnaz, gelombang otak itu bisa menerima informasi atau materi itu selama 3 minggu atau 21 hari. 

Zaskia Sungkar Ungkap Rahasia Ukkasya Bisa Tumbuh Optimal, Concern Sama Gizi Seimbang

"Nah setelah 21 hari, ada 90 hari lagi. Jadi total 111 hari si anak bisa mencerna sebuah informasi," ujar Shahnaz.

Kemudian, kata Shahnaz, tanda bagaimana kita tahu bahwa anak bisa mengerti materi tersebut adalah di hari ke-66. 

"Kalau di hari ke-66 anak tidak mengeluh berarti lanjutkan. Tapi kalau mengeluh, berarti dia tidak suka dan tidak usah dilanjutkan. Kita bisa cari materi lain yang dia suka," ujar Shahnaz.

Dari sini, lanjut Shahnaz, kita bisa melihat hal apa atau bidang apa yang anak sukai.

"Jadi kita harus cari dulu semangat anak kita di bidang apa. Dari situ kita bisa memanfaatkan teknologi yang saat ini sudah maju. Misal anak kita suka gambar, kita bisa memanfaatkan teknologi atau fitur menggambar yang ada di smartphone sehingga anak kita bisa menguasainya dengan baik. Jadi yang harus kita manfaatkan teknologinya dan yang harus kita pantau atau kurangi itu media sosialnya," ujar Shahnaz.

Yang kedua dan penting untuk dibagikan, Shahnaz mengatakan bahwa orang tua harus mengerti bahwa ada 3 tipe anak. Yang pertama adalah visual, kedua adalah auditory dan ketiga kinestetik. 

"Jadi kita juga harus mengenal anak kita ada di tipe yang mana," ujar Shahnaz.

Hal penting ini karena menurut Shahnaz bisa membuat anak kita terhindar dari cyber bullying. 

"Dengan perlakuan yang tepat kita bisa membuat anak lebih nyaman dan terhindar dari cyber bullying. Misal anak visual dia lebih suka melihat atau membaca ketimbang mendengar. Jadi misal kalau kita mau Whatsapp, anak kita lebih suka di-chat ketimbang ditelpon. Beda dengan tipe auditory, dia lebih suka ditelepon atau menggunakan voice note. Ada lagi tipe anak yang kinestetik yaitu anak yang aktif bergerak. Biasanya kalau anak seperti ini lebih baik kita biarkan dan awasi sehingga dia bisa belajar dari kesalahannya sendiri ketimbang kita larang," beber Shahnaz.

Di sisi lain, Indah selaku Ketua Komite SD Muhammadiyah 5 Kebayoran Baru, mengatakan, kegiatan ini digelar tidak hanya sebagai bentuk support untuk anak tapi juga untuk ayah bunda. 

“Maka dari itu kami menghadirkan seminar membangun fondasi dan karakter anak ini,” imbuhnya. 

“Kegiatan parenting kerjasama sekolah dan komite yang dihadiri para guru, orang tua dan juga masyarakat adalah bentuk kerjasama maksimal semua pihak dalam rangka melahirkan generasi emas," tambah Kepala Sekolah Bpk. Ali Yusuf Syakir.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya