Angelina Sondakh Bongkar Tradisi Buruk Anggota Dewan: Padahal Bosnya Rakyat

Angelina Sondakh
Sumber :
  • IG @angelinasondakh09

VIVA – Isu kenaikan tunjangan anggota DPR kembali memicu polemik di kalangan masyarakat. Di tengah sorotan tajam publik, Angelina Sondakh, mantan anggota DPR RI, mengungkapkan realitas kelam tentang tradisi buruk yang mengakar di parlemen selama masa jabatannya. 

Potret Kondisi Terkini Rumah Uya Kuya Setelah Dijarah Massa

Dalam sebuah wawancara di acara televisi, Angelina dengan tegas membongkar budaya permisif yang dinilainya telah merusak esensi demokrasi.

Angelina menyoroti sistem yang telah menjadi kebiasaan buruk di DPR. Menurutnya, praktik-praktik yang seharusnya tidak dapat diterima justru dianggap lumrah karena telah mengakar sebagai budaya. 

Rumah Pejabat Dijarah Massa, Netizen Berterima Kasih Pada Andre Taulany

“Kita berbicara adalah sistem yang memang sudah ada dan mungkin akhirnya jadi budaya. Nah, kalau misalkan sudah jadi budaya kan akhirnya jadi permisif dan selalu mengatakan excuse, 'Ah sudah biasa lah,' gitu," ujar Angelina Sondakh, sebagaimana dikutip dari video TikTok @tjpamungkas, Senin, 1 September 2025.

Wanita berusia 46 tahun ini juga mengungkapkan tantangan yang dihadapi anggota DPR yang ingin tetap idealis. Menurutnya, meskipun ada keinginan untuk memperbaiki sistem, banyak anggota DPR yang terpaksa mengikuti arus budaya yang sudah mapan. 

Apes! Parto Dihujat dan Dimaki Netizen Gegara Kasus Politik Eko Patrio

“Mungkin kalah set kali ya,” katanya dengan nada getir, menyinggung sulitnya melawan sistem yang telah mengakar kuat.

Lebih lanjut, Angelina menyoroti posisi rakyat yang seharusnya menjadi prioritas utama, namun justru sering diabaikan. Ia menegaskan bahwa rakyat, sebagai pemilik kedaulatan sejati, kerap kali hanya menjadi penonton dalam dinamika politik. 

“Kalau dalam undangan-undangan resmi, memang rakyat yang disambut duluan? Pasti kan, 'Yang kami hormati,' gitu loh. Dan selalu yang di-mention bukan rakyatnya dulu. Itu dan itu sudah menjadi seperti culture yang akhirnya tuh permisif lagi. Padahal kan bosnya rakyat ada di situ ya,” tutur Angelina Sondakh.

Ia juga menambahkan bahwa seharusnya rakyat ditempatkan sebagai pihak yang paling dihormati dalam setiap kesempatan resmi. 

“Harusnya, dan inilah harusnya kan, 'Selamat siang kepada rakyatku.' Tapi rakyat jarang disebut,” imbuhnya.

Pernyataan Angelina ini memperkuat kritik publik terhadap kinerja DPR, terutama di tengah wacana kenaikan tunjangan yang dinilai tidak peka terhadap kondisi masyarakat. Alih-alih meredam ketidakpuasan, isu ini justru semakin memperlebar ketidakpercayaan publik terhadap wakil rakyat. 

Pengakuan Angelina menjadi cerminan bahwa reformasi di parlemen masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus segera diselesaikan demi mengembalikan kepercayaan rakyat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya