Hindari Macet Parah di Puncak, BPTJ Imbau Masyarakat Lebih Bijak
VIVA – Bagi warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadebotabek), kawasan Puncak merupakan primadona saat musim liburan. Begitu pun saat libur Lebaran, kawasan berhawa sejuk dengan pemandangan alam yang indah yang terletak di Kabupaten Bogor ini selalu menjadi tempat favorit warga menghilangkan kepenatan dari aktivitas sehari-hari.
Saat menjadi narasumber webinar “Ngopi Jabodetabek” Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan bertajuk “Macet, Masihkah Liburan Lebaran ke Puncak?” Selasa (26/04), pengamat transporasi Yayat Supriatna memperkirakan sekitar setengah juta orang setiap harinya memadati kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, selama libur Lebaran.
Jumlah tersebut, kata Yayat, diperoleh dari hitung-hitungan jumlah kendaraan yang masuk Tol Jagorawi yang mencapai 50 ribu kendaraan. Asumsinya, setiap kendaraan rata-rata berisi lima penumpang, itu artinya ada potensi 250-300 ribu orang yang berwisata ke Puncak.
"Ditambah lagi dengan wisatawan dengan sepeda motor yang bisa mencapai 50 ribu atau 100 ribu, dan dua penumpang, yang berarti ada potensi 100 ribu sampai 200 ribu yang menggunakan sepeda motor,” tutur Yayat.
Direktur Lalu Lintas BPTJ Kemenhub Sigit Irfansyah mengatakan ada dua pergerakan yang terjadi di kawasan Puncak yang menimbulkan kemacetaan. Pertama, pergerakan saat hari kerja. Kedua, pergerakan saat akhir pekan. Keduanya mempunyai tipikal yang berbeda.
Saat hari kerja lalu lintas didominasi pekerja atau orang berusaha dengan dan menimbulkan titik macet di Megamendung lantaran terjadi antrean keluar masuk yang panjang. Sementara pada setiap akhir pekan, terjadi kemacetan karena lonjakan masyarakat yang ingin berwisata.
Padahal, kondisinya tak pernah berubah karena lebar jalan relatif sama meskipun ada perkerasan di sisi kiri dan kanan. “Artinya tetap tidak sebanding dengan pergerakan orang sehingga selalu menimbulkan kemacetan,” ujar Sigit.
Smart Traveller
Sejauh ini, dalam menangani masalah kemacetan di kawasan Puncak, Sigit menjelaskan upaya pemerintah sudah maksimal. Mulai dari upaya buka tutup dengan sistem satu arah, kebijakan pembatasan kendaraan atau ganjil genap, pelibatan para pemangku kepentingan, hingga mengusulkan sistem buy the service (BTS) ditempuh untuk menyediakan layanan transportasi publik berstandar khusus.