Perbandingan Awal Era Shin Tae-yong dan Gerald Vanenburg di Timnas Indonesia U-23, Begini Kata Football Institute
- ANTARA/Zaro Ezza Syachniar
Jakarta, VIVA – Perdebatan tengah ramai di kalangan pecinta sepakbola Indonesia terkait perbandingan awal kepemimpinan Shin Tae yong (STY) dan Gerald Vanenburg di Timnas Indonesia U 23. Statistik keduanya mulai diperbandingkan, meski menurut Budi Setiawan, Founder Football Institute, analisa ini harus dilihat dengan hati-hati.
“Tentu semua orang sah-sah saja membuat analisa dengan data yang ada. Namun analisa itu tetap dapat dikritisi, karena metodologi yang digunakan melalui data yang sama dapat menunjukkan hasil yang berbeda,” ujar Budi Setiawan
Statistik Awal Kepelatihan
Shin Tae-yong (2021)
- Total pertandingan: 4
- Hasil: 2 menang, 0 imbang, 2 kalah
Mantan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (STY)
- YouTube/JakPot
Catatan prestasi:
- Finis peringkat ketiga Piala AFF U-23 usai menang adu penalti kontra Malaysia
- Gagal lolos ke Piala Asia U-23 setelah kalah dari Australia.
- Keuntungan: mendapat kesempatan training camp di Tajikistan.
Gerald Vanenburg (2025)
- Total pertandingan: 8
- Hasil: 4 menang, 2 imbang, 2 kalah
Catatan prestasi:
- Membawa Timnas U-23 finis sebagai runner-up Piala AFF U-23 setelah kalah dari Vietnam di final.
- Gagal pada kesempatan pertama di Kualifikasi Piala Asia U-23.
- Tantangan: tidak mendapat training camp sebagaimana yang pernah dialami STY.
Analisa Football Institute
Budi Setiawan menekankan bahwa perbandingan kedua era ini tidak bisa serta-merta disimpulkan hanya dari angka kemenangan dan kekalahan. Konteks situasi, lawan, hingga persiapan tim harus menjadi pertimbangan.
“Melalui metode riset kuantitatif dan kualitatif ini, kami mencoba menjawab perdebatan tersebut agar tidak menjadi bias dalam melihat fenomena dan mengambil kesimpulan,” tutup Budi.
Dengan data tersebut, terlihat bahwa baik Shin Tae-yong maupun Gerald Vanenburg sama-sama menghadapi tantangan besar di awal kepemimpinan mereka. Namun, latar kondisi yang berbeda membuat evaluasi keduanya perlu pendekatan lebih komprehensif, bukan sekadar hitung-hitungan angka.