Memahami Pentingnya Nutrisi untuk Mencegah dan Memulihkan Cedera Atlet
- Istimewa
VIVA – Nutrisi merupakan aspek penting bagi kesehatan dan kinerja atlet secara umum.
Pengetahuan tentang sumber energi dasar dapat memberikan informasi penting terkait kebutuhan atlet dalam mengantisipasi cedera dan bagi mereka yang mengalaminya.
Pendekatan nutrisi telah dianggap sebagai salah satu cara terbaik dalam pencegahan cedera, pemulihan dan rehabilitasi.Â
Di luar konsekuensi biaya, cedera juga mengakibatkan beban mental dan fisik yang berat bagi atlet, baik diakui oleh mereka atau tidak.
- Dokumentasi Ajinomoto
Ahli gizi profesional di bidang olahraga (Sport Nutritionist) Emilia Achmadi, mengatakan, cedera adalah sesuatu yang normal dari suatu program latihan fisik.Â
Tahap penyembuhan awal segera terjadi setelah trauma cedera berakibat pada respon inflamasi. Ini dapat berlangsung dari hanya beberapa jam hingga beberapa hari, tergantung pada sifat cederanya.Â
Menurut Emilia, peradangan atau inflamasi ini sangat penting untuk memulai penyembuhan yang optimal, karena proses ini berfokus pada penyediaan antioksidan dan antiinflamasi yang secara alami bisa didapat melalui pemilihan makanan.
"Atlet yang mengalami cedera berat sehingga memerlukan pembedahan harus mendapatkan nutrisi khusus sebagai dampak alami atas respon fisiologis dalam penyembuhan luka," kata Emilia Achmadi
"Dalam keadaan ini, jaringan otot yang tidak aktif dalam 36 jam bisa hilang dan lebih signifikan lagi pada hari kelima," sambungnya.
Dijelaskan Emilia, pada dasarnya, tujuan rehabilitasi nutrisi adalah menyediakan kalori dan protein yang cukup untuk membantu penyembuhan luka dan mencegah hilangnya massa tubuh tanpa lemak (Lean Body Mass / LBM).
- istimewa
Melakukan pengukuran antropometri secara teratur selama fase ini akan menunjukkan seberapa efektif proses penyembuhan tersebut.Â
"Bahkan atlet dengan cedera yang lebih ringan semisal kram otot, atau cedera pergelangan kaki juga memerlukan perhatian nutrisi khusus," ucapnua.
"Untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori, BMR (Basal Metabolic Rate) harus diukur melalui kalorimetri karena mencerminkan energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis," jelasnya.
Emilia menyebut, tingkat metabolisme harus memasukkan kalori tambahan selama proses rehabilitasi seperti yang diperkirakan dengan menggunakan sebuah faktor stres.Â
Faktor stres ini dapat meningkatkan kebutuhan energi metabolik sekitar 20% dari cedera ringan dan operasi hingga 100% untuk cedera yang lebih parah seperti luka bakar.Â