Mengenal Roket RHan-122B Buatan Indonesia yang Kantongi Deretan Paten
- Idonesia.go.id
Jakarta – Roket RHan-122B yang merupakan produk asli Indonesia telah berhasil mengamankan tujuh paten terkait inovasi desain dan teknologi yang canggih. Ini merupakan kemajuan teknologi yang signifikan dalam industri pertahanan, terutama dalam sistem senjata utama militer TNI.
Dilansir dari laman BRIN, Sabtu, 16 Maret 2024, Perangkat militer ini dikembangkan oleh Pusat Teknologi Roket LAPAN bekerja sama dengan Konsorsium Roket Nasional sejak tahun 2006.
Roket ini menggunakan bahan bakar padat komposit berbasis HTPB/AP dengan desain grain propelan ganda, hollow, dan star-7.
Roket memiliki panjang total 2.915 mm dan berat 63 kg, RHan-122B dilengkapi dengan empat sirip lipat berbentuk seperempat lingkaran dan diluncurkan melalui sistem peluncur multilaras tabung. Dengan jangkauan hingga 28 km, roket ini mampu membawa warhead seberat 18 kg.
Proses pengembangan roket ini melibatkan berbagai tahapan, mulai dari desain konseptual, desain awal, pembuatan purwarupa (prototype), hingga serangkaian pengujian statis dan dinamis sejak tahun 2009. Langkah-langkah ini diambil sebagai respons terhadap kebutuhan akan roket GRAD RM 70 yang biasanya diimpor oleh Marinir TNI-AL.
Robertus Heru Triharjanto, Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menceritakan bahwa pengembangan RHan-122 dimulai saat ia memulai peralihan ke penelitian teknologi satelit.
"Jadi, pada saat itu, kami mendapatkan pinjaman dari marinir yang teknologinya mungkin berbeda. Mereka menggunakan propelan double base dengan proses teknologi yang berbeda," katanya saat penandatanganan kerja sama lisensi antara BRIN dan PT Pindad.
Maka dari itu, tim peneliti yang terdiri dari Henny Setyaningsih, Rika Andriarti, Heru Supriyatno, Lilis Mariani, dan lainnya harus mengembangkan strategi untuk mengadopsi teknologi tersebut untuk RHan-122. Proses penelitian dan pengujian roket tersebut memakan waktu lebih dari 10 tahun.
Pada tahun 2018, modifikasi dilakukan pada desain sirip folded fin dengan mengganti bahan dari aluminium menjadi baja, dan sistem pengunci fin menggunakan locking fin, menggantikan pengunci awal yang berbasis pegas. Modifikasi juga dilakukan pada nozzle roket menjadi dua bagian tanpa cover nozzle.