Aku Ditembak!

Ilustrasi pantai.
Sumber :
  • U-Report

DOORRR!! Mati aku, mati..aku di ”tembak”!  Apa yang harus aku katakan, ketemu saja baru sekali ini, tapi dia sudah “nembak” saja. Sebelum aku membuka mulutku untuk memberi jawaban, dia menyela, “Hahaha, ya enggaklah. Tadi itu aku cuma bercanda kali.” terangnya sambil ketawa-ketawa tanpa dosa.

Desa Bukan Hanya Sekadar Desa

What??!! Saya enggak salah dengar kan? Dia bilang kalau dia cuma bercanda? Saya dipermainkan!! Seketika itu aku berharap ada malaikat maut lewat dan dengan senang hati berkenan mencabut nyawaku. Aku sedih, iya sedih banget. Padahal sudah berharap yang tadi itu beneran dan nyata, jadi kekagumanku kepadanya selama ini berbuah manis.

Aku termakan oleh gombalannya yang seperti biasa bikin orang baper. Aku benar-benar terlalu terlewat batas berharapnya. Aku pergi, pergi menjauh dari dia. Aku marah sama dia. Namun anehnya, dia tetap mengikutiku. Sepertinya dia mau bilang sesuatu, tapi aku tidak tahu dan tidak mau tahu.

Aku Akan Tampar Mereka dengan Kesuksesanku

Aku sibuk dengan kesibukanku sendiri, aku bercanda ria dengan orang-orang di sekitarku. Tiba-tiba saja di situ ada keluarga besarku. Aku sendiri bingung dari mana mereka muncul padahal tadi aku kesini cuma berdua saja dengan temanku. Tapi ya sudahlah, yang penting aku bahagia. Tapi ternyata rasa sakit tetap menghinggapi hatiku. Dia memperhatikanku dari jauh, apa pun yang aku lakukan dia selalu memperhatikanku. Aku tak peduli, aku tak mau bicara dengan dia.

Akhirnya setelah beberapa waktu kemudian, dia memberanikan diri untuk berbicara padaku. “Aku minta maaf soal ucapan yang tadi, aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya takut kamu menolakku.” Dia menjelaskan dengan wajah memohon dan penyesalan yang besar. Walaupun sampai sekarang wajahnya masih tidak terlihat, masih saja samar.

Buka Bersama Eratkan Silaturahmi Anggota DN Malut Makassar

Jantungku berdegup lagi, makin kencang, bahkan kecepatannya dua kali lipat dari insiden penembakan pertama tadi. Sekarang tidak hanya jantung saja yang berdegup kencang, tapi kupu-kupu mulai terbang dan berputar-putar di perutku. Aku jatuh cinta. Sungguh aku nggak membenci dia. Aku juga berharap itu semua tadi hanya gurauan saja. “Kali ini aku serius, mau kan kamu jadi pacarku? Tolong jawab aku.” Kali ini dia “nembak” aku lagi sambil memegang tanganku.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya