Orang Tua yang Pilih Kasih

Ilustrasi
Sumber :
  • Pixabay

Saya pulang kuliah sampai larut, kadang bisa sampai jam 11 malam baru keluar kampus. Pagi harinya saya bekerja sampingan menjadi akuntan abal-abal di sebuah pul Metromini. Apapun saya lakukan demi membiayai kuliah.

Ramadan Kali Ini Tak Seindah Ramadan Tahun-tahun yang Lalu

Sampai suatu hari, saya dimintai tolong oleh kakak. Dia meminjam uang kepada saya, katanya ada keperluan. Saya hanya memegang uang sebesar 700 ribu rupiah dan itu pas banget untuk bayar kuliah saya. Kakak saya berjanji besok akan dibayar, tapi sampai waktunya tiba uang itu tidak juga dikembalikan dan saya hanya bisa pasrah karena tidak bisa membayar uang semester.

Marah? Iya. Entah sengaja atau tidak, tapi ini benar-benar keterlaluan. Dengan penuh kekesalan dan sakit hati saya menulis surat pengunduran diri ke kampus dan diserahkan ke bidang keuangan. Saya tidak sengaja mengeluh kesah kepadanya. Saya pun tidak tahu dia siapa, hanya saja setiap pembayaran uang kuliah dia yang menanganinya.

Kisah Seorang Istri tentang Suaminya Pecandu Ganja

Saya menatap anak tangga yang lengang. Mereka sudah memasuki ruangannya masing-masing untuk mengikuti ujian tengah semester. Sedangkan, saya hanya duduk di depan bidang keuangan dan menyerahkan surat pengunduran diri dengan mata berkaca-kaca. Mungkin ini suatu keberuntungan bagi saya. Bagaimana tidak? Bapak-bapak tua di hadapan saya menyodorkan surat legitimasi untuk mengikuti ujian yang sedang berlangsung. Dengan bingung saya menerimanya.

Dia menyuruh saya mengikuti ujian yang sudah dimulai setengah jam yang lalu. “Ikutlah ujian, saya lihat kehadiran masukmu 100 persen, jadi jangan bingung memikirkan biaya kuliah. Masuklah dan ikut ujian.” Antara sadar dan tidak, saya menjabat tangannya dengan gembira. Kemudian dia menyuruh saya cepat-cepat mengikuti ujian.

Keseruan Sahur di Mess Awak Kereta Parung Panjang

Hampir semua teman saya di ruangan bingung menatap saya. Saya pun malu karena tadi sempat berpamitan kepada mereka kalau saya hendak keluar kuliah. Tapi semuanya bisa dijelaskan dengan gembira sambil mengikuti ujian.

Cobaan kehidupan saya tidak sampai di sini saja. Bahkan pernah sampai saya benar-benar berhenti kuliah karena memang tidak ada yang membantu dan mendukung. Akhirnya dengan berat hati saya keluar dan mencari pekerjaan lain. Saya bekerja menjadi penjaga pakaian di mall dan menjalani kehidupan sendiri tanpa saudara-saudara saya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya