Mataku dan Jantungnya
- U-Report
Untuk kepentingan penyelidikan, mayat mereka diautopsi. Kehebohan terjadi karena jantung suamiku tak ditemukan. Bukan karena para dokter lupa meletakkannya di mana setelah sempat dikeluarkan, tetapi karena memang sejak semula suamiku tak berjantung. “Pantas saja. Kalau dia punya jantung atau hati seperti yang selama ini salah disebut orang, Edward Muchtar tak akan mau menikahi Indri Agustina. Orang yang punya perasaan, tak akan mau menikah dengan perempuan sedingin dan sekejam itu. Dari matanya kan kelihatan.” Kudengar seorang suster di rumah sakit tempat mayat suamiku disimpan, bergosip dengan rekan kerjanya, tak menyadari kehadiranku. Aku pun mengusap-usap perutku. “Sudah dua bulan. Kelak kau akan menjadi manusia seperti apa, Nak. Dengan mataku dan jantungnya.” (Cerita ini dikirim oleh Sylvia Masri)
