Warung Sunda Keluargaku yang Ramai Pembeli

Ilustrasi.
Sumber :
  • ANTARA/Prasetyo Utomo

Walaupun sudah ada yang membantu, tapi tetap saja ibu harus turun tangan karena yang membantu hanya datang pukul 06.30 sampai pukul 17.00 saja, tidak sampai malam hari. Pada saat jam makan siang, warung ibu selalu dipenuhi oleh orang-orang kantor yang hendak makan siang. Terkadang kami yang membantu suka lupa memberikan minum untuk para pembeli karena banyaknya pembeli yang masih mengantrea.

Kisah Temanku Lima Benua yang Melukis 3.000 Sketsa Wajah

Walapun lelah, saya tetap merasa senang sekali bisa membantu ibu saat sebelum dan sesudah kuliah. Banyaknya pembeli membuat warung ibu banyak dikenal oleh orang-orang sekitar. Bahkan setiap pukul 15.00, makanan yang disediakan sudah mulai habis. Kalau makanan sudah habis, ibu biasanya langsung beristirahat kembali untuk mengumpulkan tenaganya.

Pada pukul 17.00, ayah akan bersiap-siap hendak pergi ke pasar Kramat Jati. Dan setelah magrib, Ayah sudah sampai kembali di rumah. Setelah itu, lanjutlah ibu bersiap-siap mencicil makanan yang bisa dimasak pada malam hari, agar pada pukul 03.00 nanti tidak terlalu banyak makanan yang harus ia masak.

Salut, 6 Bocah Ini Patungan Uang Lebaran untuk Obati Kucing Jalanan

Saya akan membantu memotong-motong sayuran. Seperti wortel, pare, timun, dan cabai. Kemudian ayah membantu membersihkan lauk pauk. Seperti ikan bawal, ikan mujaer, ikan kembung, dan ayam. Sekitar pukul 22.00, biasanya semua pekerjaan selesai dan saatnya untuk kami beristirahat.

Kamar dan dapur yang hanya dibatasi dengan triplek dan ukurannya yang sempit, terkadang membuat saya dan adik sering terbangun pukul 04.00. Disebabkan karena hawa panas dari kompor gas yang ibu pakai. Panas yang membuat keringat keluar dari tubuh ibu tidak membuatnya mengeluh sedikit pun. Itu sebabnya saya sangat mengagumi dan menghormati ibu. Karena begitu besar perjuangannya demi mencari rezeki untuk masa depan anak-anaknya.

Cerita Pilu Gadis Cantik Berkepala Botak Dijauhi Teman-temannya

Sakit yang ia rasakan tidak membuatnya menyerah begitu saja. Karena menurutnya, selama ia masih bisa berdiri ia akan tetap beraktivitas seperti biasa. “Bagi Mama, Kakak Isma anak yang hebat. Tidak pernah malu untuk membantu Mama. Padahal di luar sana banyak anak yang malu mengakui pekerjaan orang tuanya, dan banyak anak muda yang hidupnya hanya berfoya-foya,” ujar ibu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya