Doa di Akhir Peran
- vstory
VIVA - Peran sebagai tamu Allah akhirnya memasuki tahap akhir. Kami harus pamitan kembali ke Tanah Air untuk menjalankan peran dan tugas yang lain.
Biasanya kami memilih tawaf di lantai dasar yang terdekat Ka'bah karena radiusnya yang lebih pendek walau berdesakan dengan jemaah lain. Dari hotel tadi malam kami langsung mengambil posisi salat Isya di lantai 1.
Dekat dengan lampu hijau penanda titik start tawaf yang segaris dengan Hajar Aswad. Begitu ritual salat jamaah Isya dan salat jenazah usai, kami bergegas menuju Lampu Hijau itu. "Bismillahi Allahu Akbar." Kami memulai langkah tawaf wada, tawaf perpisahan, tawaf pamitan.
Searah dengan langkah kami, para tamu Allah yang lain juga melakukan tawaf. Ada yang berpakain ihram, ada yang berbaju casual. Suasana relatif longgar. Sesekali satu dua orang berjalan melawan arah langkah kami.
Sesekali ada juga yang menyeberang membelah jemaah yang sedang tawaf, sekadar untuk melihat ka'bah lebih dekat, berselfie dan ada juga yang berdoa sampai sesenggukan berurai air mata.
Pelan-pelan kami terus berjalan sambil merapal doa-doa. Di putaran kelima saat langkah kami memelan, terdengar suara tek tek tek tek. Dari sisi kiri seorang Ibu berbaju putih mambawa tas punggung hijau tosca.
Seorang tunanetra? Langkahnya cepat. Saya mempercepat langkah berusaha melihat dia dari dekat. Ternyata benar. Dia tunanetra berkacamata cokelat. Seorang Ibu membimbing langkahnya dari jarak yang agak jauh. Sebentar kemudian dia menepi mengarah keluar setelah melewati Lampu Hijau. tawafnya sudah usai.
Kami terus melangkah. Dua putaran kemudian, kami pun menuntaskan tawaf pamit kami. Menepi mencari posisi terbaik untuk memanjatkan doa terakhir (tahun ini) di dekat Ka'bah.
Terima kasih Gusti, sudah Engkau beri kami kesempatan berhaji, menunggu matahari tenggelam saat wukuf di Arafah, menyaksikan gemerlap cahaya di bumi dan kerlap kerlip jutaan bintang di langitMu saat mabit di Muzdalifah, mengelilingi Ka'bahmu dan menapaktilasi jejak langkah Ibu Hajar saat bersa'i.
Terima kasih Gusti, Engkau beri kesempatan kami berdekatan dengan kekasihMu, Muhammad di Taman SurgaMu di Madinah. Kami pun bisa memunajatkan selawat tanpa sempat kami hitung berapa kali.