'Banyak yang Bilang, 2015 Tahun Buruk'

Dubes Australia untuk Indonesia, Paul Grigson.
Sumber :
  • SYDNEY MORNING HERALD/Jeffrey Chan

Bulan lalu, Jakarta diguncang bom. Bagaimana respons warga Australia,  apakah mereka menjadi takut untuk datang ke Indonesia ?
Atas kejadian itu, jujur saya tidak sama sekali meminta warga, turis atau pelajar Australia yang ada di Indonesia untuk pulang ke Australia, karena mengingat banyak sekali jumlahnya. Saya yakin hal itu tidak akan mempengaruhi wisatawan kami juga, karena mereka mengerti tantangan yang dihadapi Indonesia sama dengan tantangan yang negara kami hadapi. Dalam pertukaran pelajar, saya tidak yakin hal itu akan berdampak besar dan saya rasa tidak ada kepanikan besar yang terjadi. Jadi, untuk saat ini saya yakin jumlah turis ke Bali tetap tinggi dan tidak berubah.

Bagaimana dengan upaya kerja sama kontra terorisme antara Indonesia dan Australia ?
Kerja sama Indonesia dan Australia dalam hal ini sudah baik sejak dulu dan saya rasa insiden bom Thamrin lalu merupakan pelajaran bagi kita untuk terus saling berkooperasi. Masing-masing tenaga keamanan belajar satu sama lainnya dan saya rasa ada tantangan yang sama pada kedua negara. Ini adalah tantangan dalam jangka panjang untuk keduanya, ini adalah isu yang harus dihadapi bersama. Saya yakin kerja sama akan terus berlanjut hingga masa depan.

Apa yang Australia bisa bantu bagi Indonesia dalam menangani terorisme ?
Kedua negara sudah banyak kerja sama dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini dalam aspek investigasi terorisme. Menurut saya, kapasitas Indonesia terkait hal ini sudah cukup baik, sekarang yang harus dilakukan adalah mengenai pertukaran informasi, dan saling berbagi cara-cara menangani tantangan yang sama. Sekarang kerja sama kedua negara akan menghasilkan cara-cara yang tepat dan cepat dalam menangani terorisme.

Sebelum menjadi Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson pernah menjadi Duta Besar untuk Thailand dan Myanmar. Ia juga pernah menjadi Perwakilan Khusus Australia untuk Afghanistan dan Pakistan. Pria dengan tiga gelar akademik –Sarjana Seni, Sarjana Sastra, dan Diploma Keuangan- ini, sejak awal memang sudah merintis karier dalam bidang pemerintahan.

Australia baru berganti perdana menteri beberapa bulan yang lalu. Bagaimana Anda merasakan perbedaan antara PM Malcolm Turnbull dan Tony Abott dalam memimpin Australia ?
Saya rasa mereka adalah individu yang sangat berbeda, orang yang berbeda. Kepribadian mereka tercerminkan dari cara mereka memimpin dan itu sangat umum. Politisi Australia sangat berbeda-beda, kepribadian mereka sangat tegas terlihat dibandingkan dengan politisi lainnya. Dan saya rasa itu adalah hal yang bagus. Sebenarnya sama dengan Indonesia, saya rasa politisi Indonesia juga masing-masing berbeda, ada yang moderat dan sebagainya. Kedua negara sebenarnya saling mirip dari yang kita sadari sebelumnya. Banyak persamaan antara kedua negara, misalnya saja dari selera humor, banyak acara televisi komedi Indonesia yang mirip dengan acara komedi kami.

Tentang akses maritim antara Indonesia dan Australia, bagaimana Anda melihat ini?
Kami menanti kerja sama khususnya dalam bidang bisnis, ada beberapa perusahaan kapal Australia yang ingin kerja sama dengan manufaktur Indonesia. Kami memiliki pelabuhan yang bagus dan besar untuk mendukung pelayanan publik. Kami menanti kerja sama selanjutnya dengan sektor maritim Indonesia, termasuk  juga sektor ekspor.

Di antara pembicaraan serius, Grigson lalu bercerita, Kedutaan Besar Australia berpindah kantor. Ia merasa, kantor baru itu akan menjadi kantor kedubes yang terbesar di dunia.

Kabarnya, kantor Kedubes Australia pindah ke gedung baru?
Iya. Kami segera menempati gedung yang baru. Lokasinya tak jauh dari lokasi yang lama. Masih di sekitar Kuningan, Jakarta Selatan.

Bagaimana perkembangan pembangunan kantor baru Anda?
Sepertinya kantor Kedutaan Australia kami adalah yang terbesar di dunia, dan saya tidak tahu gedung kedutaan mana lagi yang lebih besar dari kami  (luasnya). Kami akan mencoba mengatur pertemuan atau kedatangan delegasi tingkat tinggi ke kedutaan kami di Jakarta yang baru nanti. Kami masih dalam proses pembangunan dan pindahan, hampir selesai.

Sepertinya kantor baru itu akan sangat menarik?
Iya. Arsitekturnya sangat menarik, bagian dinding luar terdiri atas banyak lapisan yang ramah lingkungan, dan kami memiliki banyak penghijauan. Konsep kami adalah bersih dan daur ulang air. Bangunan juga didesain sehingga bisa mengefisienkan energi yang ada. Pada bagian atap kami juga akan ditanami tumbuhan rumput, sehingga dari luar Anda hanya akan melihat dinding, tapi pada saat di dalam Anda bisa melihat adanya dinding yang didesain dengan ramah lingkungan dan penghijauan. Akan ada taman dan area untuk berjalan, didesain secara khusus.