PBB Peringatkan Tingkat Penolakan Akses Kemanusiaan yang Tinggi Terhadap Anak-anak
- Daily Sabah
VIVA – PBB menyoroti tingginya hambatan terhadap akses kemanusiaan bagi anak-anak yang kurang beruntung, terutama di wilayah pendudukan Palestina dan Haiti pada hari Rabu 3 April 2024
Dilansir dari Anadolu Ajansi pada 4 April 2024, PBB memperhatikan bahwa pihak-pihak yang berkonflik terus menghambat pemberian bantuan kemanusiaan kepada anak-anak. Perwakilan Khusus PBB untuk Anak-anak dan Konflik Bersenjata, Virginia Gamba, merujuk pada laporan terbaru tentang masalah ini.
Anak-anak bermain sepakbola di pantai Gaza
"Menurut laporan tahunan terbaru Sekretaris Jenderal mengenai anak-anak dan konflik bersenjata, PBB memverifikasi 3.941 kasus penolakan akses kemanusiaan, menjadikan ini salah satu pelanggaran yang dikonfirmasi mencapai puncaknya pada tahun 2022," kata Gamba pada pertemuan Dewan Keamanan mengenai 55.555 anak-anak dan konflik bersenjata dikejutkan tentang kasus penolakan akses kemanusiaan di seluruh dunia.
“Pengabaian terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional terus meningkat,” katanya.
Dia menyoroti bahwa Wilayah Pendudukan Palestina, Yaman, Afghanistan dan Mali memiliki jumlah kasus penolakan akses kemanusiaan terverifikasi tertinggi pada tahun 2022.
Gamba memperingatkan situasi global yang memburuk karena undang-undang yang membatasi dan peningkatan kontrol terhadap upaya kemanusiaan, mengutip kasus-kasus tertentu di wilayah pendudukan Palestina dan Haiti.
Menyerukan semua pihak untuk bertanggung jawab atas penolakan bantuan penyelamatan jiwa kepada anak-anak, beliau menyerukan akses kemanusiaan tanpa hambatan dan perlindungan terhadap warga sipil dan infrastruktur sesuai dengan hukum internasional.
Wakil Direktur Eksekutif UNICEF, Ted Chaiban, juga memperingatkan situasi mengerikan anak-anak yang terjebak dalam konflik bersenjata.
Berdasarkan kunjungan ke Jalur Gaza pada bulan Januari lalu, Chaiban menyoroti penurunan kondisi anak-anak yang mengejutkan.
Ia menyoroti dampak buruk dari kerusakan infrastruktur, penolakan akses dan kurangnya kebutuhan dasar pada anak-anak di Gaza.
Mengingat peningkatan signifikan kekurangan gizi akut pada anak-anak di bawah 2 tahun di Gaza utara.
“Puluhan anak-anak di Jalur Gaza utara diyakini telah meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi dalam beberapa minggu terakhir, dan separuh dari populasi menghadapi tragedi tragis, situasi kerawanan pangan,” ucap Chaiban.
“Kurangnya akses terhadap layanan kemanusiaan menciptakan kerentanan yang lebih besar dan meningkatkan pelanggaran hak-hak anak lainnya,”tambahnya.