Netanyahu Bertemu Trump Hari Ini dalam Kondisi 'Terpojok'

Pertemuan Donald Trump dan Netanyahu (Doc: India Today)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Washington, VIVA – Menghadapi isolasi yang semakin meningkat di luar negeri dan tekanan yang semakin besar di dalam negeri, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mempertahankan niatnya untuk "menyelesaikan tugas" di Gaza ketika ia bertemu Presiden AS Donald Trump pada hari ini, Senin, 29 September 2025.

Jelang pertemuan dengan Trump, Netanyahu berusaha menunjukkan optimisme yang sama menjelang pertemuan keempatnya di Gedung Putih dengan Trump tahun ini Ia mengatakan kepada Fox News bahwa kantornya "bekerja sama dengan tim Presiden Trump" mengenai detail proposal terbaru AS untuk mengakhiri perang Gaza.

Pertemuan ini terjadi beberapa hari setelah Trump mengumumkan rencana 21 poin yang bertujuan untuk mengakhiri perang di wilayah Palestina tersebut, dalam diskusi dengan para pemimpin Arab dan Muslim di sela-sela Sidang Umum PBB.

PM Israel Netanyahu Bertemu Donald Trump

Photo :
  • AP News

Pada hari Minggu, Trump mengisyaratkan "sesuatu yang istimewa" yang akan datang dalam perundingan Timur Tengah, menambahkan dalam sebuah unggahan di platform Truth Social miliknya: "KITA AKAN MENYELESAIKANNYA!!!"

Pada hari Jumat, Trump mengatakan kepada para wartawan di Washington, "Saya pikir kita telah mencapai kesepakatan" mengenai Gaza, bahkan ketika Netanyahu berbicara di PBB danberjanji untuk "menyelesaikan tugas" dalam perang Israel melawan Hamas.

Para ahli mengatakan kepada AFP bahwa Netanyahu tampaknya terpojok, menghadapi seruan internasional dan domestik yang semakin meningkat untuk mengakhiri perang.

"Dia tidak punya pilihan lain selain menerima" rencana gencatan senjata Trump," kata Eytan Gilboa, pakar hubungan AS-Israel di Universitas Bar-Ilan Israel. "Hanya karena Amerika Serikat dan Trump hampir menjadi satu-satunya sekutunya di komunitas internasional."

Namun demikian, rencana 21 poin Trump menguraikan jalur potensial menuju negara Palestina di masa depan, sesuatu yang ditolak Netanyahu secara vokal. "Memberi Palestina sebuah negara satu mil dari Yerusalem setelah 7 Oktober sama seperti memberi Al-Qaeda sebuah negara satu mil dari Kota New York setelah 11 September," kata Netanyahu dalam pidatonya di PBB. "Ini benar-benar gila. Ini gila, dan kami tidak akan melakukannya."

Ia juga berulang kali menolak peran Otoritas Palestina dalam pemerintahan Gaza pascaperang, sementara Trump melihat kemungkinan Otoritas Palestina yang direformasi membantu mengelola Jalur Gaza.

Pemerintahan kedua pemimpin juga tidak sependapat tentang gagasan Israel mencaplok sebagian Tepi Barat. Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih pada hari Kamis, "Saya tidak akan membiarkan Israel mencaplok Tepi Barat. Saya tidak akan mengizinkannya. Itu tidak akan terjadi."

Sekutu-sekutu Netanyahu dalam gerakan pemukim dan sayap kanan ekstrem secara terbuka mendesaknya untuk mengabaikan Trump dan melanjutkan aneksasi, sebuah prioritas fundamental bagi mereka. 

Netanyahu memasuki pertemuan hari Senin dalam posisi yang terpojok. Ia telah menaruh semua harapannya pada Trump, dan ia bahkan semakin bergantung pada niat baik presiden setelah serangkaian sekutu Barat, seperti Prancis dan Inggris, memutuskan hubungan dengan Israel dan mengakui negara Palestina minggu lalu.

Di Israel, puluhan ribu pengunjuk rasa telah mendesak gencatan senjata. Pada hari Sabtu, keluarga para sandera mendesak Trump untuk menggunakan pengaruhnya.

"Satu-satunya hal yang dapat menghentikan kemerosotan ke jurang adalah kesepakatan penuh dan komprehensif yang mengakhiri perang dan memulangkan semua sandera dan tentara," kata Lishay Miran-Lavi, yang suaminya, Omri, masih ditawan di Gaza.