Kabar Duka dan Gembira soal Badak Jawa di Ujung Kulon

Seekor badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) menampakkan diri di Taman Nasional Ujung Kulon.
Sumber :
  • VIVA.co.id/WWF doc

“Badak lima tahun sekali mengandung, satu setengah tahun  menyusui  sampai dua tahun diasuh. Dalam masa ini tidak bisa didekati oleh jantan, badak juga tidak bisa mengandung anak kembar," katanya.

Dari 68 jumlah badak, jenis kelamin betina sebanyak 30 ekor dan berpeluang untuk melahirkan. Namun seks rasio tidak seimbang, lebih banyak badak jantan dari betina, idealnya harus satu berbanding empat. Namun di Ujung Kulon saat ini, satu badak berbanding satu.

“Kematian samson menjadi indikasi kurangnya jantan, usia badak dewasa 53 ekor sisanya anak, harusnya anak lebih banyak, ini masuk krisis. Perlu banyak kantong habitat di luar Ujung Kulon, karena takut bencana, atau Gunung Krakatau meletus," kata Mamat.

Badak Jawa ditemukan pada 1982 dan merupakan spesies langka diantara lima spesies yang ada di dunia. Badak Jawa hanya ada di Ujung Kulon. Saat ini perburuan nyaris nol di Ujung Kulon, mantan-mantan pemburu dijadikan penjaga badak, manajemen Badak Jawa menggunakan masyarakat setempat cukup berhasil.

Mamat menambahkan, terkait kematian Samson sudah menjadi perilaku satwa liar mencari tempat yang perlu air. Seperti di pantai atau di pinggir sungai ketika badak sudah sekarat. Bangkai badak Samson akan di rangkai kembali tulang belulangnya untuk dijadikan memoriam.

“Bangkai dikubur 1 bulan, tulang belulang dirangkai kembali seperti sudah ada di kantor Gubernur Banten, Gedung Manggala Wanabakti sendiri dan di Taman Nasional Ujung Kulon. Ini akan dirangkai kembali, lalu menunggu keputusan Menteri untuk ditaruh dimana,” katanya.