COVID-19 Melandai, Euforia Warga NTT Gelar Atraksi Adat Tanpa Prokes
- tvOne/Jo Kenaru
Ia mengingatkan masyarakat tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan. Meskipun diakuinya, angka penularan COVID-19 di Kabupaten Manggarai sudah menurun drastis, dan saat ini RSUD dr Ben Mboi Ruteng hanya merawat 4 pasien COVID-19. PPKM yang dibelakukan juga sudah diturunkan ke level dua.
Caci merupakan laga adat, warisan budaya turun-temurun orang Manggarai. Biasa dihelat saat acara adat besar dan syukuran tertentu. Ornamen caci cukup banyak, masing-masing memiliki filosofi.
Serangan cemeti pada laga caci tidak seenaknya, mirip aturan tinju, yang melarang pecaci tidak boleh memukul pada bagian pinggang ke bawah.
Uniknya, pecaci yang selesai menerima serangan lawan harus memekikkan yel-yel atau paci karena caci dan paci bak dua sisi mata uang sebagai penunjuk identitas si pemain caci it sendiri. Yel-yel atau paci boleh diteruskan dengan nyanyian.
Acara Syukuran Adat
Caci mengajarkan nilai-nilai sportifitas dan persaudaraan (perekat relasi sosial). Di dalam pagelaran caci tidak dikenal istilah menang atau kalah. Namun demikan, jika lengah pecaci pasti menderita luka di badan juga di bagian wajah.
Lebih lanjut Kanisius Mbombot menjelaskan, caci sebagai atraksi adat, merupakan perpaduan antara seni gerak dan uji ketangkasan.
Caci yang digelar selama dua hari yaitu 20-21 September 2021 merupakan rangkaian acara menuju puncak acara “Penti” yaitu acara syukuran kampung Rentung yang puncaknya dilaksanakan pada 23 September 2021.
Penti merupakan salah satu upacara adat bagi orang Manggarai, Flores NTT yang hingga kini masih dilestarikan. Penti adalah sebuah ritual adat yang memiliki makna yang luhur sebagai ucapan syukur kepada Tuhan YME dan leluhur atas hasil panen.
Menurut Kanisius, Penti weki peso beo Rentung sudah diagendakan sejak tahun 2020. Pria 62 tahun itu mengatakan, acara Penti di Rentung terakhir diadakan pada tahun 2012 lalu.
"Penti weki peso beo (syukuran) untuk kapu gauk saka gawas (kebaikan) leluhur pada beberapa tahun yang telah dilewati. Sejak tahun 2012 baru dibuatkan hal yang sama. Tujuannya agar masyarakat bolek loke baca tara, ita hang ciwal bae hang mane (sejahtera) wus rucuk kandos dango (tidak kesusahan)," terang Kanisius yang bertutur menggunakan Bahasa Manggarai.