Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Ungkap 3 Strategi Atasi Biaya Pengembangan yang Mahal
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA – Ketua Umum Indonesian Geothermal Association atau Asosiasi Panas Bumi Indonesia (INAGA/API), Julfi Hadi mengatakan, meskipun Indonesia memiliki cadangan sumber daya panas bumi yang melimpah, namun upaya mengomersialisasikannya masih terkendala mahalnya biaya pengembangan.
Dia pun menyerukan kepada para pelaku usaha di sektor geothermal, untuk berupaya menciptakan harga yang kompetitif melalui 3 strategi yang dapat dilakukan guna mengembangkan sektor panas bumi di Tanah Air.
"Pertama dari sisi biaya, harus ada upaya untuk menekan biaya per Megawatt (MW) yang dikeluarkan oleh badan usaha dari saat ini US$6 juta per MW," kata Julfi dalam konferensi pers di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Kamis, 22 Mei 2025.
Ilustrasi/Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
- ANTARA FOTO/Adwit B Pramono
Kedua, dia menekankan bahwa harus ada kolaborasi antara badan usaha, pemerintah, dan para stakeholder terkait lainnya. Karena panas bumi merupakan bisnis yang pasarnya hanya satu pembeli yakni PLN, dengan harga yang ditetapkan berdasarkan regulasi.
"Ketiga, teknologi yang digunakan harus lebih baik, sehingga tidak stuck di tahap eksplorasi," ujar Julfi yang juga Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
Dia menargetkan, dengan melihat potensi dan perbaikan-perbaikan di segala sisi, produksi listrik dari geothermal diperkirakan bisa mencapai 3,8 GW pada tahun 2029.
Karenanya, lanjut Julfi, nantinya akan diperlukan tambahan sekitar 1,2 GW lagi, karena produksi geothermal saat ini masih berada di angka 2,6 GW.
Sementara dari aspek sumber dayanya, Julfi mengatakan bahwa geothermal di Indonesia juga masih sangat potensial. Karena dari total 24 GW potensi yang tersedia, saat ini baru sekitar 12,5 persen yang dimanfaatkan untuk mendukung sektor kelistrikan.
"Kami (di sektor geothermal) itu bisa menjadi pembangkit listrik base load, sehingga perannya sangat penting bagi pasokan energi dalam negeri," ujarnya.