Skandal Ubergate Bikin Greget

Layanan Uber.
Sumber :
  • Instagram/@uber

VIVA Tekno – Ratusan ribu dokumen milik perusahaan transportasi online asal Amerika Serikat (AS) Uber bocor ke publik. Kumpulan berkas bernama Uber Files ini mengungkapkan bagaimana Uber merayu politisi papan atas dunia dan seberapa jauh upaya mereka menghindari proses penegakan hukum.

Berkas-berkas tersebut dengan rinci menjelaskan tentang bantuan ekstensif yang didapat Uber dari para pemimpin negara seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron dan mantan Komisioner Digital Uni Eropa Neelie Kroes.

Dokumen ini juga menunjukkan bagaimana mantan bos perusahaan transportasi online itu, Travis Kalanick, secara pribadi memerintahkan penggunaan "tombol pemutus" atau kill switch untuk mencegah polisi mengakses komputer saat melakukan penggerebakan.

Terkait dokumen dan isi di dalamnya, Uber mengatakan, "perilaku di masa lalu tidak sejalan dengan nilai-nilai sekarang" dan langkah itu menunjukkan "perusahaan berbeda" dengan yang sekarang.

Uber Files adalah kumpulan dokumen yang terdiri, lebih dari 124 ribu catatan, termasuk 83 ribu email dan seribu dokumen lain yang melibatkan percakapan, dari 2013 hingga 2017, tahun di mana Travis Kalanick dipaksa mundur dari Uber dan digantikan oleh Dara Khosrowshahi.

Dokumen itu dibocorkan ke The Guardian, lalu dibagikan juga ke International Consortium of Investigative Journalists dan sejumlah media, termasuk BBC Panorama, seperti dikutip dari situs BBC, Selasa, 12 Juli 2022.

Uber Files mengungkapkan, untuk pertama kalinya, bagaimana upaya lobi dan hubungan masyarakat senilai US$90 juta (Rp1,35 triliun) per tahun dalam merekrut para politisi untuk membantu kampanye guna mengganggu industri taksi konvensional di Eropa.

Ketika supir-supir taksi di Prancis melakukan protes yang terkadang disertai kekerasan di jalan-jalan melawan Uber, Emmanuel Macron - sekarang presiden - memiliki hubungan yang dekat dengan bos kontroversial Uber, Travis Kalanick.

Hal ini tidak mengherankan karena Paris adalah tempat peluncuran pertama Uber bernama UberPop pada 2014 di Eropa. Kehadirannya pun mendapatkan perlawanan keras dari industri taksi, yang memuncak lewat aksi-aksi protes kekerasan di jalanan.

UberPop merupakan layanan yang memungkinkan pengemudi (tanpa perlu izin) menawarkan tumpangan, dengan harga yang jauh lebih rendah. Pengadilan dan parlemen melarangnya, tapi Uber tetap menjalankan layanan itu walau dianggap bertentangan dengan hukum.