Perhatikan Hal Ini Dulu Sebelum Lakukan Prosedur Botoks!
- Freepik/lookstudio
Jakarta, VIVA – Botoks atau toksin botulinum semakin dikenal luas sebagai salah satu prosedur perawatan estetika yang bertujuan untuk mengurangi kerutan dan garis halus di wajah.
Dengan cara melemahkan otot tertentu secara sementara, botoks kerap dipilih masyarakat yang ingin mendapatkan tampilan kulit lebih halus dan awet muda tanpa harus menjalani operasi. Meski terlihat sederhana, prosedur ini tetap memerlukan pengetahuan medis yang memadai. Scroll untuk tahu info lengkapnya, yuk!
Meski memiliki banyak manfaat, penggunaan botoks juga memiliki potensi efek samping yang perlu diperhatikan. Beberapa efek yang mungkin terjadi antara lain bengkak, memar, otot wajah yang kaku, hingga reaksi alergi. Jika dosis atau teknik penyuntikan tidak sesuai standar medis, risiko seperti asimetri wajah atau gangguan pada fungsi otot tertentu bisa terjadi.
Karena itu, sebelum memutuskan menjalani prosedur ini, pasien disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter berlisensi, memahami dosis yang diperlukan, serta mengetahui kondisi kesehatan pribadi yang mungkin menjadi pertimbangan.
Melihat pentingnya edukasi dalam penggunaan botoks secara tepat, sejumlah perusahaan di bidang farmasi dan estetika berinisiatif memperkuat pelatihan bagi para praktisi medis di Indonesia. Salah satunya melalui ajang Aesthetic Medicine Updates Seminar and Exhibition (AMUSE) 2025 yang digelar pada 17–22 Juni 2025 di Jakarta dan Tangerang.
Dalam acara berskala internasional ini, kolaborasi antara Daewoong Pharmaceutical dan CGBIO Indonesia menghadirkan program pelatihan prosedur kombinasi, bertujuan meningkatkan keterampilan dokter dalam mengaplikasikan berbagai produk estetika secara aman dan efektif.
Lebih dari 1.200 dokter dari berbagai spesialisasi seperti dermatologi, bedah plastik, dan estetika turut hadir dalam acara tersebut. Para peserta mendapatkan pelatihan langsung dari pakar asal Korea Selatan, termasuk Dr. Kyung-tae Bae dan Dr. Jae-yoon Jung, yang berbagi strategi perawatan kombinasi sesuai dengan kondisi pasien.
Dr. Jae-yoon Jung, Direktur Oaro Dermatology cabang Nowon, Korea Selatan, dalam sesi edukasi memperkenalkan metode penggabungan toksin botulinum dengan skin booster berbasis kalsium hidroksiapatit (CaHA) atau Facetem.
“Sesi ini merupakan kesempatan berharga untuk memperkenalkan metode perawatan kombinasi yang disesuaikan dengan kondisi pasien untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal,” jelas Dr. Jae-yoon Jung, dikutip Jumat 11 Juli 2025.
Selain teknik botoks, pelatihan tersebut juga menyoroti penggunaan filler berbasis asam hialuronat (HA), benang medis polydioxanone (PDO) untuk pengencangan wajah, serta skin booster berbahan CaHA yang kini mulai digunakan dalam perawatan estetika.
Menurut Changwoo Ha, Kepala Divisi Bisnis Estetika Medis di KIIMOT, program edukasi semacam ini penting untuk mendukung kualitas layanan medis di Indonesia.
“Dengan memanfaatkan portofolio estetika medis milik Daewoong dan CGBIO yang sudah diakui secara global, kami akan terus melakukan lokalisasi dan mengembangkan prosedur kombinasi yang sesuai dengan pasar Indonesia. Melalui program edukasi, kami berharap dapat memberikan pelatihan profesional yang berkelanjutan dan mendalam bagi para tenaga medis lokal,” ungkap Changwoo Ha.