Kisah Bule Pembenci Islam Jadi Mualaf karena Lumpia

Maya Wallace.
Sumber :
  • YouTube Ape Astronaut

"Dan Allah berada di tempat di sisiku, juga ketakutanku hilang. Ketakutanku adalah memberitahu keluargaku. Selama beberapa pekan aku tak bisa memberitahu ibuku. Kemudian jelang Ramadhan, aku ingin masuk Islam, aku ingin puasa di bulan itu serta ingin merasakan nuansa Ramadhan. Jadi beberapa pekan sebelum Ramadhan, aku mengumpulkan nyawa untuk memberi tahu beliau," tuturnya.

"Alhamdulillah beliau menerima, beliau hanya bertanya mengapa. Kami tidak diskusi panjang karena kami bukan keluarga yang membicarakan hal-hal secara mendalam. Namun aku merasakan kelegaan," imbuhnya.

Secara perlahan pula, keinginan berhijab terlintas di benaknya dan mulai mempelajari soal itu. Pada awalnya, Maya belum memahami konsep Islam dan apa keperluan hijab bagi muslimah. Seorang teman menjawab konsep hijab dengan analogi permen yang dibungkus dan tidak dibungkus. Perlahan tapi pasti, Maya memahami konsep hijab.

Ilustrasi Ramadhan/berdoa.

Photo :
  • Freepik/jcomp

"Ini bukanlah sesuatu yang diajarkan padaku selama ini bahwa ini yang apa diinginkam kaum laki-laki, namun ini adalah apa yang Allah inginkan. Ini merupakan perlindungan dan pengaman kami. Aku tak mau pergi keluar rumah tanpa hijab. Menurutku, aku mulai mencintai hijab," bebernya.

Mirisnya, ketika Maya memberitahu sang ibu, ia mendapat cemooh dengan tangisan ibu di hadapanmya. Melihat ibunya menangis karena ia memakai hijab, membuat Maya merasa sakit. Terlebih, sang ibu menyebut bahwa hijab hanyalah bentuk penindasan pada perempuan.

Maya memilih diam. Karena meski ia sudah memahami konsep hijab, Maya belum mampu mengutarakannya secara jelas dan detail. Hal itu yang akhirnya membulatkan tekad Maya untuk memakai hijab dan keluar dari rumah. Hingga akhirnya, ujian dari Allah itu berhasil ia atasi di momen wisuda.

"Akhir dari perseteruanku dengan keluarga saat wisuda. Semuanya ada di sana dan aku sembunyi karena memakai hijab. Ada keterkejutan dan prihatin di  wajah mereka tapi tersirat penerimaan. Saat itulah aku tahu bahwa melalui semua ujian itu, akan ada cahaya di ujung terowongan," pungkas Maya.